JAKARTA. PT Dian Swastatika Sentosa Tbk (DSSA) terus menunjukkan performa yang solid. Setelah namanya tercatat dalam dua indeks global bergengsi, perseroan kini memperluas jangkauannya melalui kemitraan strategis dengan perusahaan energi terkemuka asal Filipina.
DSSA secara resmi menjadi bagian dari MSCI Global Standard Index sejak Rabu, 27 Agustus 2025. Selain itu, perusahaan juga berhasil masuk dalam indeks FTSE kategori large cap, menandakan posisinya yang semakin kuat di pasar modal.
Langkah ekspansi terbaru DSSA diwujudkan melalui entitas usaha tidak langsungnya, PT DSSR Daya Mas Sakti, yang menjalin kerja sama dengan PT FirstGen Geothermal Indonesia, anak perusahaan dari Energy Development Corporation (EDC) Filipina. Kolaborasi ini membuka peluang baru bagi pengembangan energi bersih di Indonesia.
Sebelum membahas lebih lanjut mengenai kerjasama tersebut, penting untuk menyoroti kinerja emiten bahan kimia yang saat ini kurang menggembirakan. Analis memberikan rekomendasi yang perlu dicermati investor.
Kedua perusahaan sepakat untuk membentuk joint venture yang fokus pada pengembangan dan pengelolaan sumber daya panas bumi dengan potensi gabungan mencapai 440 megawatt (MW). Proyek ambisius ini akan menjangkau enam wilayah strategis di Indonesia, meliputi Jawa Barat, Flores, Jambi, Sumatera Barat, dan Sulawesi Tengah.
Wakil Direktur DSSA, Lokita Prasetya, menekankan bahwa kerjasama ini lebih dari sekadar investasi, melainkan sebuah kolaborasi strategis yang bertujuan untuk memperkuat sektor energi nasional.
“EDC memiliki pengetahuan dan pengalaman yang mumpuni di bidang energi panas bumi. Tujuan kami adalah memperkuat kapasitas nasional dan memanfaatkan potensi energi panas bumi untuk menghadirkan energi bersih yang berkelanjutan,” ujarnya pada hari Jumat (29/8).
Sejalan dengan sentimen positif yang berkembang, saham DSSA menunjukkan tren penguatan. Pada penutupan perdagangan Jumat (29/8), saham DSSA ditutup menguat 2,11% ke level Rp 99.200 per saham.
Nafan Aji Gusta, Senior Market Analyst Mirae Asset Sekuritas, berpendapat bahwa penguatan saham DSSA mencerminkan apresiasi pasar terhadap berbagai sentimen positif, terutama pembentukan joint venture dengan perusahaan Filipina. Selain DSSA, CPIN juga mencatatkan laba yang menggembirakan di semester I-2025, dengan rekomendasi analis yang patut diperhatikan.
“Proyek geothermal 440 MW ini tentu akan diapresiasi oleh para pelaku pasar,” tambahnya.
Namun, Nafan juga mengingatkan bahwa secara teknikal, saham DSSA sudah berada dalam kondisi overbought dengan indikasi negative divergence.
Menurutnya, ruang penguatan saham DSSA mulai terbatas, terutama karena valuasinya yang sudah sangat premium. Saat ini, price earning ratio (PER) DSSA berada di level 143,10 kali dengan price book value ratio mencapai 27,56 kali.
Oleh karena itu, dengan mempertimbangkan kondisi pasar saat ini, Nafan merekomendasikan strategi sell on strength untuk saham DSSA.
Ringkasan
PT Dian Swastatika Sentosa Tbk (DSSA) memperluas bisnisnya dengan menjalin kemitraan strategis bersama PT FirstGen Geothermal Indonesia, anak perusahaan dari Energy Development Corporation (EDC) Filipina, untuk mengembangkan energi panas bumi. Kolaborasi ini akan membentuk joint venture yang berfokus pada pengembangan dan pengelolaan sumber daya panas bumi di enam wilayah di Indonesia dengan potensi gabungan 440 MW.
Saham DSSA sempat menguat merespons sentimen positif dari kemitraan ini. Namun, analis dari Mirae Asset Sekuritas merekomendasikan strategi sell on strength karena secara teknikal saham DSSA sudah overbought dengan indikasi negative divergence dan valuasinya yang dinilai sudah premium.








