Balai Pelaksanaan Jalan Nasional (BPJN) Perwakilan Aceh melaporkan dampak signifikan dari banjir dan tanah longsor yang melanda wilayah tersebut. Sebanyak 14 jembatan dan 12 titik jalan nasional mengalami kerusakan parah, bahkan terputus.
Kepala BPJN Aceh, Heri Yugiantoro, mengungkapkan, “Hingga sore ini [Sabtu], terdapat 14 jembatan yang terputus, dengan rincian dua di lintas Timur, 11 di lintas tengah, dan satu di lintas barat,” seperti dikutip dari Antara, Minggu (30/11). Selain jembatan, 12 titik jalan yang terputus tersebar di berbagai lokasi di lintas timur, tengah, dan barat Provinsi Aceh.
Menyikapi situasi darurat ini, BPJN Aceh telah mengambil langkah-langkah sementara. Pihaknya memasang rambu-rambu peringatan darurat, menempatkan petugas di lokasi terdampak, serta menyiagakan alat berat untuk penanganan lebih lanjut.
Kabar baiknya, Heri juga menyampaikan bahwa 10 titik banjir di jalan nasional telah menunjukkan tanda-tanda surut pada Sabtu (29/11) sore. Upaya pembersihan dan pelancaran saluran drainase terus dilakukan untuk mempercepat pengeringan air dan meminimalkan kerusakan lebih lanjut. “Kemudian, kita membersihkan dan melancarkan kembali saluran drainase, mengalirkan air secepatnya ke saluran pembuangan dan menginventarisir kerusakan jalan atau lubang baru,” imbuhnya.
Saat ini, BPJN Aceh masih belum dapat memastikan perkiraan kerugian akibat kerusakan jembatan dan jalan nasional tersebut. “Kami belum sampai menghitung volume dan biaya penanganannya. Harus kami lakukan hati-hati agar tidak terdeviasi terlalu jauh perencanaan dan realisasi,” jelas Heri.
Sebelumnya, Kepala BNPB Letjen TNI Suharyanto menyatakan bahwa sejumlah jalur darat, termasuk akses menuju Gayo Lues, masih lumpuh total hingga Sabtu (29/11) sore. “Kemudian sampai sore ini jalur transportasi darat yang masih terputus, ini masih cukup banyak. Tetap kita upayakan untuk bisa secara bertahap bisa ditembus,” kata Suharyanto dalam konferensi pers.
Ruas Jalan Nasional di perbatasan Sumatera Utara–Aceh Tamiang juga mengalami gangguan dan sedang dalam penanganan Kementerian PUPR.
Selain itu, gangguan akses juga terjadi di jalur Banda Aceh–Lhokseumawe–Aceh Utara–Aceh Timur–Langsa–Aceh Tamiang akibat runtuhnya Jembatan Meureudu di perbatasan Bireuen dan Pidie Jaya. Akses nasional di Bireuen pun terputus karena kerusakan Jembatan Samalanga. Akibatnya, bagi pengendara dari Bireuen, tersedia jalan alternatif melalui jalur Trienggadeng-Pidie Jaya dan Samalanga sampai dengan Bireuen.
Ringkasan
Banjir dan tanah longsor di Aceh menyebabkan kerusakan parah pada infrastruktur jalan dan jembatan. Balai Pelaksanaan Jalan Nasional (BPJN) Aceh melaporkan 14 jembatan dan 12 titik jalan nasional terputus, tersebar di lintas Timur, Tengah, dan Barat Aceh. BPJN Aceh telah mengambil langkah-langkah darurat, termasuk pemasangan rambu peringatan dan penyiagaan alat berat.
Meskipun demikian, 10 titik banjir di jalan nasional mulai surut, dan upaya pembersihan serta pelancaran drainase terus dilakukan. Jalur darat menuju Gayo Lues sempat lumpuh total, dan ruas jalan di perbatasan Sumatera Utara–Aceh Tamiang juga mengalami gangguan. Akses Banda Aceh–Lhokseumawe terganggu akibat runtuhnya Jembatan Meureudu dan kerusakan Jembatan Samalanga, memaksa pengendara mencari jalur alternatif.








