Pada pertengahan tahun 2024, Bayern Munich membuat keputusan besar: berpisah dengan pelatih Thomas Tuchel. Keputusan ini diambil setelah Bayern mengalami musim tanpa gelar juara untuk pertama kalinya dalam 11 tahun terakhir, sebuah catatan yang sangat mengejutkan bagi klub sebesar Bayern.
Gelar Bundesliga lepas dari genggaman, direbut oleh Bayer Leverkusen yang kala itu dinakhodai oleh Xabi Alonso. Sementara di kancah Eropa, Bayern berhasil mencapai babak semifinal Liga Champions, sebelum akhirnya dihentikan oleh Real Madrid dalam pertandingan yang sengit.
Manajemen Bayern, yang dipimpin oleh Max Eberl, Jan-Christian Dressen, dan Christoph Freund, langsung bergerak cepat menyusun daftar kandidat pelatih potensial untuk menggantikan Tuchel. Nama-nama besar seperti Julian Nagelsmann, Hansi Flick, Massimiliano Allegri, Oliver Glasner, Roberto De Zerbi, hingga Jose Mourinho masuk dalam radar mereka.
Nagelsmann dan Flick, yang pernah menukangi Bayern sebelumnya, menjadi kandidat terkuat dan prioritas utama. Namun, harapan tersebut berubah menjadi kekhawatiran ketika satu per satu nama potensial menolak tawaran Bayern.
Mengapa para pelatih top dunia enggan bergabung dengan Bayern? Salah satu alasannya adalah reputasi Bayern yang kerap mengganti pelatih dalam waktu singkat. Sejak 2020, Bayern sudah tiga kali melakukan pergantian pelatih. Kondisi ini menimbulkan keraguan di kalangan pelatih, yang merasa tidak akan memiliki keleluasaan untuk membangun tim dan menerapkan filosofi permainan mereka. Logikanya, seorang pelatih membutuhkan jaminan waktu dan ruang untuk mengimplementasikan ide-idenya.
Setelah melalui proses pencarian yang panjang dan penuh tantangan, Bayern akhirnya menemukan pelatih baru. Sosok yang ditunjuk sangat mengejutkan banyak pihak, termasuk para penggemar Bayern: Vincent Kompany.
Legenda Manchester City dan Timnas Belgia itu menandatangani kontrak berdurasi dua tahun. Sebagai pemain, kemampuan Kompany sebagai bek tangguh dan kapten yang disegani tidak perlu diragukan lagi. Namun, sebagai pelatih, banyak yang menilai Kompany “belum teruji” untuk menangani klub sebesar Bayern Munich.
Sebelum bergabung dengan Bayern, Kompany memulai karier kepelatihannya di klub masa kecilnya, Anderlecht, di mana ia berperan sebagai pelatih sekaligus pemain. Pada tahun 2022, ia memutuskan untuk kembali ke Inggris dan menjadi pelatih Burnley.
Di bawah arahan Kompany, Burnley berhasil meraih trofi Championship dan promosi ke Premier League musim 2023-2024. Sayangnya, performa Burnley di Premier League jauh dari harapan. Kompany kesulitan menjaga ritme permainan, dan timnya terpuruk di posisi ke-19 klasemen akhir, yang mengakibatkan Burnley kembali terdegradasi ke Championship.
Dengan catatan tersebut, penunjukan Kompany bisa dibilang sebagai perjudian besar bagi Bayern. Beberapa pihak bahkan menilai bahwa Kompany adalah pilihan “terpaksa” setelah Bayern gagal mendapatkan pelatih incaran mereka.
Namun, Max Eberl, anggota dewan Bayern bidang olahraga dan teknik, memiliki pandangan berbeda. Ia mengatakan bahwa tim manajemen Bayern melihat “sesuatu” yang menjanjikan dalam diri Kompany dan yakin bahwa ia akan cocok dengan sistem yang ada di Bayern.
Kompany sendiri menyadari bahwa melatih klub seperti Bayern tidaklah sama dengan melatih Burnley atau Anderlecht. Ia pun memahami ekspektasi tinggi yang diberikan kepadanya, serta keraguan yang mempertanyakan kesiapannya untuk menangani klub sebesar Bayern Munich.
Dalam konferensi pers perkenalannya, Kompany memberikan pernyataan tegas untuk menjawab keraguan tersebut: “Apakah Anda akan berhenti mempercayai diri sendiri dan apa yang bisa Anda capai hanya karena apa yang orang-orang katakan?” Kalimat itu seolah menegaskan mentalitasnya sebagai pemain dan pelatih. Dengan tantangan yang lebih besar, Kompany menunjukkan kesiapannya untuk membuktikan bahwa ia layak.
Setelah itu, Kompany secara resmi memulai pekerjaannya sebagai pelatih baru Die Roten. Untuk urusan taktik, Kompany mengedepankan penguasaan bola dan build-up yang dikombinasikan dengan pressing agresif. Formasi yang ia gunakan pun bervariasi, biasanya dimulai dengan formasi dasar 4-2-3-1 yang kemudian bertransformasi menjadi formasi 3-5-2 atau 2-3-5 saat transisi menyerang maupun bertahan.
Dengan struktur taktik yang fleksibel, Kompany menginginkan setiap pemain memiliki kebebasan untuk berotasi dan berganti posisi, untuk menciptakan keunggulan jumlah saat melakukan transisi dan mengeksploitasi celah di pertahanan lawan.
Dari segi psikologis, Kompany selalu menekankan determinasi dan intensitas tinggi dalam latihan, yang bertujuan untuk memupuk mental juara para pemain. Selain itu, Kompany juga dikenal sebagai pelatih yang terbuka dengan komunikasi dengan para pemain, termasuk pemain rotasi dan pemain muda. Hal ini membuat para pemain merasa dihargai dan meningkatkan rasa kekeluargaan.
Di musim pertamanya memimpin Bayern, Kompany berhasil membawa Bayern kembali menjuarai Bundesliga dengan torehan 82 poin, hasil dari 25 kemenangan, 7 imbang, dan 2 kekalahan dari 34 pertandingan. Harry Kane menjadi top skor dengan 26 gol sepanjang musim dan berhak membawa pulang Torjagerkanonne.
Di kompetisi DFB Pokal, Bayern harus terhenti di babak 16 besar setelah disingkirkan oleh Bayer Leverkusen. Sementara di Liga Champions, Kompany berhasil membawa Bayern Munich lolos ke perempat final sebelum dikalahkan oleh Inter Milan dengan agregat tipis 4-3 dalam dua leg pertandingan.
Setelah mengakhiri musim reguler dengan satu trofi Bundesliga, Kompany kemudian memimpin Bayern di turnamen Piala Dunia Antar Klub yang berlangsung di Amerika Serikat. Namun, perjalanan Bayern berakhir di fase perempat final ketika dikalahkan Paris Saint-Germain 2-0.
Secara keseluruhan, musim pertama Kompany di Bayern bisa dibilang cukup sukses dan menunjukkan peningkatan yang signifikan dalam permainan Bayern Munich.
Persiapan untuk musim baru 2025/2026 pun dimulai. Bayern bergerak cepat dengan mendatangkan sejumlah pemain baru di bursa transfer, seperti Luis Diaz, Jonatan Tah, dan Tom Bischof. Cedera yang menimpa Jamal Musiala dan Alphonso Davies memaksa Kompany untuk memutar otak memanfaatkan skuad yang ada, termasuk mengorbitkan pemain-pemain muda Bayern ke skuad utama.
Setelah menjalani pramusim yang cukup sukses, Bayern menandai perjalanan musim baru mereka dengan berhasil merengkuh trofi Franz Beckenbauer (dulunya DFL Super Cup) usai mengalahkan Stuttgart dengan skor 3-1. Di Bundesliga, Bayern sejauh ini masih belum terkalahkan atau meraih hasil imbang. Teranyar, Bayern berhasil membantai Borussia Monchengladbach yang diperkuat pemain Timnas Indonesia, Kevin Diks, dengan skor 3-0 dan juga berhasil memenangi laga panas Der Klassiker melawan Dortmund dengan skor 2-1.
Hasil ini membuat Bayern masih bercokol di puncak klasemen dengan raihan 24 poin, unggul 5 poin dari pesaing terdekat mereka, RB Leipzig, yang berada di peringkat kedua klasemen.
Selain di Bundesliga, Bayern pun juga masih sempurna di perjalanan Liga Champions musim ini, dengan menyapu bersih kemenangan di tiga laga awal melawan Chelsea, Pafos, dan Club Brugge. Ujian berat menanti mereka melawan PSG pada 5 November dan Arsenal pada 27 November mendatang.
Di DFB Pokal, Bayern sejauh ini baru meraih satu kemenangan setelah melawan klub divisi tiga, Wehen Wiesbaden, di ronde pertama dengan skor 3-2. Terbaru, mereka akan menghadapi FC Koln pada 30 Oktober mendatang.
Saat ini, Die Roten menjadi satu-satunya tim di Eropa yang masih mencatatkan rekor 100 persen kemenangan, dengan 13 kemenangan beruntun, menyamai rekor AC Milan pada tahun 1992. Bayern tentunya ingin memperpanjang rekor tersebut selama mungkin.
Ketika ditanya mengenai rekor, Vincent Kompany menegaskan bahwa ia dan timnya hanya berfokus pada pertandingan-pertandingan berikutnya. Ia tidak terlalu ambil pusing dan menekankan bahwa setiap pertandingan sangat penting. Rekor hanyalah bonus.
Para pemain pun juga merasa sangat nyaman dengan kepemimpinan Kompany, baik di dalam maupun di luar lapangan. Oleh karena itu, secara mengejutkan, sebelum laga melawan Club Brugge di Liga Champions, manajemen Bayern memberikan perpanjangan kontrak kepada Kompany hingga Juni 2029. Ini berarti Kompany akan mengabdi pada Bayern hingga empat tahun mendatang. Manajemen merasa sangat puas dengan kinerja Kompany selama satu setengah tahun terakhir.
Kompany pun menjadi pelatih Bayern pertama dalam satu dekade terakhir yang mendapatkan sodoran perpanjangan kontrak. Perpanjangan kontrak Kompany dilakukan secara senyap dan dimaksudkan untuk “memagari” Kompany dari potensi pembajakan klub rival, mengingat namanya santer dikaitkan dengan rumor potensi kepindahannya ke Manchester City pada 2027.
Oleh karena itu, patut dinantikan bagaimana kiprah Vincent Kompany dan Bayern selanjutnya dalam perjalanan mereka memburu trofi mayor musim ini.
Ringkasan
Pada pertengahan 2024, Bayern Munich menunjuk Vincent Kompany sebagai pelatih baru setelah berpisah dengan Thomas Tuchel akibat musim tanpa gelar. Penunjukan Kompany mengejutkan banyak pihak karena pengalamannya yang terbatas, meskipun ia berhasil membawa Burnley promosi ke Premier League namun kemudian terdegradasi. Manajemen Bayern melihat potensi dalam diri Kompany dan yakin ia cocok dengan sistem klub.
Di musim pertamanya, Kompany berhasil membawa Bayern menjuarai Bundesliga. Ia menerapkan taktik fleksibel dengan penguasaan bola dan pressing agresif, serta menekankan mental juara. Keberhasilan ini membuat Bayern memperpanjang kontrak Kompany hingga Juni 2029, menunjukkan kepercayaan klub terhadap kepemimpinannya dan untuk mencegah potensi pembajakan oleh klub lain.









