News Stream Pro – Kabar mengejutkan datang dari perpisahan Shin Tae-yong dengan klub Korea Selatan, Ulsan HD. Alih-alih perpisahan manis, kepergian STY diwarnai dengan tudingan serius, termasuk dugaan kekerasan fisik dan verbal terhadap pemain, serta isu bermain golf saat laga tandang.
Kebersamaan Shin Tae-yong dengan Ulsan HD hanya seumur jagung, berakhir pada awal Oktober. Secara resmi, STY dipecat dari kursi pelatih Ulsan HD pada Kamis, 9 Oktober 2025. Keputusan ini sangat mengejutkan mengingat Shin Tae-yong baru dua bulan menukangi tim tersebut.
Pemecatan ini tentu memunculkan berbagai spekulasi. Rumor-rumor tak sedap pun beredar luas, mewarnai perpisahan Shin Tae-yong dengan Ulsan HD, klub yang berkompetisi di K League 1 2025, kasta tertinggi Liga Korea Selatan.
Salah satu isu yang paling santer adalah tudingan bahwa Shin Tae-yong tidak memiliki hubungan yang harmonis dengan para pemain senior Ulsan HD. Lebih jauh lagi, ia dituduh melakukan tindakan kekerasan fisik dan verbal kepada anak asuhnya. Selain itu, beredar pula kabar bahwa Shin Tae-yong kerap bermain golf saat Ulsan HD menjalani laga tandang. Isu ini mencuat setelah beredar foto di media sosial yang memperlihatkan tas peralatan golf milik Shin Tae-yong ikut diangkut oleh bus tim Ulsan HD.
Menanggapi tudingan tersebut, Shin Tae-yong dengan tegas membantahnya. “Sama sekali tidak benar. Foto tersebut diambil pada akhir Agustus saat tim bertanding di Seoul,” ungkap Shin Tae-yong dalam keterangannya di KBS. Ia menjelaskan bahwa dirinya tidak memiliki alasan untuk bermain golf di Ulsan. “Saya menaruh tas golf di bus tim untuk dikirim ke rumah saya di Seongnam,” lanjutnya.
Lebih lanjut, STY menjelaskan kronologi kejadiannya. “Saya dan seluruh tim naik KTX (kereta cepat Korea Selatan) ke Seoul, lalu saya meminta putra kedua saya untuk pergi ke penginapan tim di Sangam, mengambil tas golf, dan membawanya ke rumah.”
“Namun, seorang pemain yang tiba lebih dulu menemukan tas golf saya saat menurunkan barang dari bus klub, memotretnya, dan melaporkannya ke klub. Foto itu kemudian bocor,” jelas pelatih yang sukses mengantarkan Timnas Indonesia ke babak 16 besar Piala Asia 2023 tersebut. Terlepas dari kontroversi ini, sebelumnya Shin Tae-yong juga sempat merasa pengalamannya melatih Timnas Indonesia diremehkan.
Selain isu golf, Shin Tae-yong juga menepis kabar mengenai kekerasan yang dituduhkan kepadanya. “Filosofi sepak bola saya adalah ‘Saya tidak mengumpat atau menyerang pemain’. Gaya saya disebut ‘kepemimpinan ala kakak’,” tegas Shin Tae-yong, seperti dilansir dari media Korea Selatan, KBS.
STY kemudian berbagi pengalamannya selama melatih Timnas Indonesia pada periode 2019-2025. Selama menukangi Timnas Indonesia, Shin Tae-yong memang beberapa kali terekam menjewer telinga Marselino Ferdinan dan Rizky Ridho. “Bahkan di Indonesia, saya suka menggoda dan bercanda dengan pemain yang bahkan tidak saya kenal, dan begitulah saya menjadi dekat. Lalu mereka melempar saya ke air. Selalu seperti itu.”
“Di Ulsan, saya akui saya menggoda beberapa pemain ketika kami pertama kali tiba karena kami semua agak canggung. Saya mengakuinya saat wawancara dengan klub. Untuk lebih dekat dengan mereka, saya akan mengatakan hal-hal seperti, ‘Hei, dasar brengsek,’ dan bahkan menarik telinga mereka.”
“Tapi tidak ada sedikit pun niat jahat. Saya tidak mencoba memarahi mereka, saya hanya mencoba untuk bermain-main dan bercanda dalam suasana yang positif,” imbuh pelatih kelahiran Yeongdeok itu.
Tudingan lain yang menghantui Shin Tae-yong adalah isu relasi buruknya dengan para pemain senior Ulsan HD. Kabar ini mencuat setelah STY melakukan rotasi pemain dalam pertandingan melawan Shanghai Shenhua di ajang AFC Champions League Elite 2025-2026.
“Saat kami berangkat ke China untuk pertandingan ACL melawan Shanghai Shenhua, beberapa pemain senior tidak menyapa saya. Di meja sarapan, hanya beberapa pemain senior yang tidak memberi salam. Hal yang sama terjadi di latihan. Suasana tim jadi kacau. Karena pemain-pemain itu tidak memiliki stamina untuk menjadi starter, saya tidak bisa memainkannya.”
STY menegaskan bahwa keputusannya tersebut tidak didasarkan pada faktor personal, melainkan karena ia harus mematuhi regulasi yang berlaku. “Setelah mengamati latihan sejak saya ditunjuk, saya menilai mereka tidak bisa meningkatkan kecepatan secara instan. Selain itu, karena aturan ‘wajib memainkan pemain di bawah 22 tahun’, pemain di bawah 22 tahun harus menjadi starter.”
“Jadi, pemain senior terpaksa harus mengorbankan diri. Sebenarnya, saya juga tidak bisa memasukkan pemain senior ke dalam starting lineup hanya karena ingin menghormati mereka. Namun, saya tetap berusaha membawa mereka sebagai pemain cadangan. Tapi karena mereka tidak bisa masuk starting lineup, keluhan dan ketidakpuasan pun meluap. Tidak ada sedikit pun perasaan pribadi di sini,” tegas Shin Tae-yong.
Di sisi lain, mantan CEO Ulsan HD, Kim Kwang-guk, yang turut mengundurkan diri saat STY dipecat, turut memberikan pandangannya. “Saat melihat video latihan, Shin Tae-yong menampar para pemain sambil berkata kasar. Saya bahkan mengirim surat resmi untuk menegaskan bahwa hal itu tidak boleh dilakukan,” ungkap Kim Kwang-guk.
“Beberapa pemain mengatakan tentang latihan Pelatih Shin Tae-yong, ‘Apa yang sebenarnya dia ajarkan kepada kita? Dia hanya mengajarkan hal-hal yang dibutuhkan oleh pemain SMP, SMA, dan pemain muda’,” ujarnya dilansir dari STN. Metode kepelatihan STY pun menjadi sorotan dan dipertanyakan.
Ringkasan
Shin Tae-yong dipecat dari Ulsan HD setelah dua bulan melatih, memicu spekulasi dan tuduhan. Tuduhan tersebut termasuk kekerasan fisik dan verbal terhadap pemain, serta bermain golf saat laga tandang. STY membantah semua tuduhan tersebut, menjelaskan bahwa foto tas golf di bus tim hanyalah untuk dikirim ke rumahnya, dan gaya kepelatihannya adalah “kepemimpinan ala kakak” yang tidak berniat menyakiti.
Selain itu, muncul isu relasi buruk dengan pemain senior karena rotasi pemain di pertandingan AFC Champions League. STY menegaskan keputusannya berdasarkan regulasi dan performa latihan, bukan faktor personal. Mantan CEO Ulsan HD, Kim Kwang-guk, mengklaim STY menampar pemain dan mengajarkan teknik dasar, yang membuat metode kepelatihan STY dipertanyakan.
