News Stream Kontroversi yang tak lekang oleh waktu, Sepang Clash, membayangi MotoGP, seolah menjadi kisah kelam yang tabu untuk dibicarakan. Namun, tepat 10 tahun sejak insiden yang melibatkan Marc Marquez dan Valentino Rossi itu membuka kotak pandora persaingan sengit, kenangan pahit tersebut kembali diangkat oleh penyelenggara.
Menjelang seri GP Malaysia akhir pekan ini, MotoGP merilis video berjudul “Sepang Clash: 10 Tahun Kemudian” yang mengupas tuntas cerita di balik layar perseteruan panas tersebut.
Rivalitas antara Marquez dan Rossi semakin membara, terutama setelah Marquez berhasil menyamai rekor sang legenda hidup yang sempat terancam pensiun akibat cedera.
Marquez memastikan dirinya sejajar dengan Rossi setelah meraih gelar juara MotoGP 2025, mengoleksi total 9 gelar (7 dari kelas utama, serta masing-masing 1 dari kelas menengah dan ringan), menyamai pencapaian Rossi.
Satu dekade silam, Rossi sebenarnya berada di ambang sejarah, berpeluang menjauh dari kejaran Marquez dan generasi pebalap ajaib yang akan datang, dengan meraih gelar juara dunia ke-10.
Di usia 36 tahun, Rossi memimpin klasemen sementara dan berpeluang mengunci gelar juara di seri penutup di Sepang, Malaysia. Namun, sebuah tudingan kontroversial mengubah jalan cerita.
Menjelang GP Malaysia 2025, tensi memanas. “Kita harus berbicara dengan dia, dengan Marquez,” ujar Rossi dalam konferensi pers pra-event pada 22 Oktober 2025.
“Sulit untuk memahaminya saat balapan, tetapi setelah saya melihat kembali balapan di Australia, sangat jelas dia bermain-main dengan kami ehehe.”
“Dia mengincar (saya). Dia tidak hanya ingin memenangkan balapan, tetapi juga membantu Jorge Lorenzo untuk membuka jarak dan memangkas poin lebih banyak dari saya… he he he.”
“Jadi, saya pikir dari Phillip Island sudah jelas bahwa Jorge punya pendukung baru he he he, yaitu Marc,” ucap The Doctor dengan nada tenang.
Pernyataan Rossi awalnya dianggap sebagai lelucon. Bahkan Marquez dan Lorenzo tertawa mendengar teori konspirasi yang dilontarkan oleh sosok karismatik di dunia MotoGP itu.
Namun, di Sepang, Marquez seolah menjelma menjadi ‘pengawal’ Lorenzo. Mulai dari memberikan tow saat kualifikasi hingga terlibat duel agresif dengan Rossi di beberapa lap awal balapan.
Saat balapan berlangsung, Rossi sempat menoleh ke belakang dan memberi isyarat kepada Marquez agar bekerja sama menjaga ritme untuk mengejar Lorenzo dan Dani Pedrosa yang berada di depan.
“Ngapain dia lihat-lihat?!” teriak Julia, ayah Marc Marquez, yang sudah kesulitan menahan emosi di garasi Honda. Maklum, nama baik putranya tercoreng di depan publik.
Kru Rossi pun tak kalah geregetan. “Ayo Vale, konsentrasi, konsentrasi,” seru sahabat Rossi, Alessio Salucci, ke arah televisi. “Ini tidak bisa dipercaya,” timpal Matteo Flagmini sambil menggeleng-gelengkan kepala.
Komentator MotoGP, Matt Birt, mengenang kembali momen tersebut, “Persaingan sudah mencapai level personal. Dua ego besar, dua orang yang terlahir untuk menang. Itu sudah mendarah daging dalam diri mereka.”
Marquez benar-benar menjadi batu sandungan bagi Rossi. Pertanyaannya, apakah dia memang berniat melakukan itu sejak awal, atau karena tidak terima dengan tuduhan Rossi, itulah yang menjadi perdebatan sengit.
Dalam tayangan video berdurasi 25 menit 59 detik itu, kecurigaan Rossi dan krunya tertuju pada manuver agresif Marquez yang memaksa Rossi melebar.
“Dia selalu seperti itu saat balapan tadi. Saat dia di depanmu, dia memperlambat kecepatan,” ujar salah seorang kru yang tidak tampak dalam kamera setelah balapan GP Australia.
Rossi hanya mengangguk-angguk. Dia tidak terkejut. Manuver agresif Marquez telah menjadi isu baginya, terlebih lagi insiden antara mereka di GP Argentina dan GP Belanda di musim yang sama.
Sebelumnya, pada balapan sepekan sebelumnya, Rossi finis keempat setelah terlibat dogfight dengan Marquez dan gagal menyalip Andrea Iannone di lap terakhir.
Awalnya, Rossi terlihat tidak terlalu terganggu. Namun, pembicaraan dengan krunya berlanjut, menguatkan keyakinan bahwa Marquez memang sengaja ingin membuatnya kalah dalam persaingan.
“Tentu saja tidak. Tentu saja saya menjalani balapan saya sendiri,” kilah Marquez saat diminta untuk mengklarifikasi tuduhan keras dari Rossi.
“Faktanya, kalau saya ingin membantu Lorenzo, saya (tidak mungkin) menyalipnya di lap terakhir dan mendorongnya hingga mencapai batas dan mengambil risiko.”
Rossi akhirnya menjadi pihak yang dirugikan. Menurut Motorsport, meskipun tidak etis, tindakan Marquez yang mempermainkan ritme rivalnya tidak melanggar aturan.
Selain itu, tidak ada insiden yang diakibatkan dari manuver tersebut. Kecelakaan justru terjadi setelah Rossi memaksa Marquez melebar saat melakukan overtake di Tikungan 14 pada lap ketujuh, sambil menatap ke arahnya.
Marquez mencoba memaksa masuk, menyenggol Rossi, dan terjatuh setelah terkena kaki The Doctor. Giliran Rossi yang dituduh bermain kotor karena menendang lawannya hingga terjatuh.
“Dia melihat ke arahnya! Anak haram!” erang Julia Marquez. Sementara itu, ekspresi lesu terpancar di garasi Rossi. Meskipun mengutuk aksi Marquez, mereka menyadari hukuman berat menanti Rossi.
Rossi harus ditenangkan di parc-ferme. “Setelah apa yang terjadi, saya kehilangan konsentrasi. Saya tidak bisa membalap dengan baik, saya hanya ingin menghabisinya,” ujarnya dengan nada frustrasi.
Rossi dan Marquez kembali bertemu untuk memberikan keterangan kepada Race Director. “Tendangan yang bagus,” sindir Marquez saat Rossi memasuki ruangan.
Race Director MotoGP saat itu, Mike Webb, mengungkapkan bahwa Rossi membela diri dan mengatakan bahwa benturan dengan Marquez tidak disengaja.
Sementara itu, Marquez mengklaim tidak dapat melaju dengan ritme yang diharapkan dan tidak bisa membuka jarak dari Rossi setelah menyalipnya.
Akibat insiden tersebut, Rossi mendapatkan poin penalti yang membuatnya harus memulai balapan terakhir di Valencia dari posisi paling belakang.
Hukuman tersebut diberikan bukan karena Rossi menendang Marquez, melainkan karena ia memaksa lawannya melebar dan menyebabkan terjadinya insiden.
Rossi menyadari bahwa peluangnya untuk meraih gelar juara dunia telah sirna setelah menerima hukuman berat tersebut. Upaya banding yang diajukan Yamaha pun tidak membuahkan hasil.
Sepang Clash membawa dampak besar terhadap regulasi MotoGP. Hukuman bagi pembalap tidak lagi menjadi wewenang Race Director. Sebuah panel steward independen dibentuk khusus untuk menangani hal tersebut. Sistem penalti berdasarkan poin juga dihapuskan.
Imbas dari insiden tersebut, Marquez masih harus menanggung konsekuensi berupa cemoohan setiap kali balapan di Italia, negara kelahiran Rossi.
Rossi pun tidak luput dari kritikan. The Doctor dianggap gagal mencegah agresivitas para penggemarnya terhadap musuh bebuyutannya. Apalagi, keselamatan nyawa menjadi taruhan dalam balapan.
Publik hanya bisa berspekulasi. Setelah tidak ada perdamaian hingga 10 tahun berselang, mungkinkah rekonsiliasi akan tercipta di antara dua tokoh penting di dunia MotoGP itu?
Selain persaingan di papan atas klasemen, sorotan juga tertuju pada perebutan posisi runner-up. Mampukah Alex Marquez mengamankan posisi tersebut di MotoGP Malaysia 2025?









