JAKARTA — Dari 12 wakil Indonesia yang berlaga di Kejuaraan Dunia BWF 2025, hanya Putri Kusuma Wardani yang berhasil mengamankan medali. Sebuah kejutan manis mengingat Putri KW, sapaan akrabnya, bukanlah unggulan utama dibandingkan rekan-rekan senegaranya.
Kepastian meraih medali ini didapat setelah Putri KW memenangkan pertandingan perempat final yang mendebarkan. Atlet dari klub Exist Jakarta ini melaju ke babak semifinal usai menaklukkan Pusarla V Sindhu, tunggal putri asal India yang merupakan Juara Dunia 2019. Pertandingan sengit ini berlangsung selama 64 menit dengan skor akhir 21-14, 13-21, 21-16.
Di babak semifinal yang akan digelar di Adidas Arena, Paris, Prancis, pada Sabtu, 30 Agustus 2025, pukul 15.20 WIB, Putri KW akan menghadapi tantangan berat. Ia akan berhadapan dengan Akane Yamaguchi, unggulan kelima asal Jepang sekaligus juara dunia 2021 dan 2022. Yamaguchi melaju ke semifinal setelah mengalahkan wakil China, Han Yue, dengan skor telak 21-5, 21-19.
Laga semifinal ini bukan hanya sekadar perebutan tiket final bagi Putri KW. Ada misi ganda yang diemban: memecahkan rekor buruk melawan Akane Yamaguchi dan meningkatkan kualitas medali yang sudah pasti digenggam. Dari tiga pertemuan sebelumnya, Putri KW belum pernah sekalipun meraih kemenangan atas Yamaguchi, bahkan belum pernah merebut satu gim pun.
Catatan pertemuan mereka menunjukkan peningkatan performa Putri KW. Pada 15 Juni 2023, di babak 16 Besar Indonesia Open, Putri KW kalah dengan skor 15-21, 11-21. Selanjutnya, pada 6 September 2023 di babak 32 China Open, ia kembali takluk dengan skor 12-21, 18-21. Pertemuan terakhir terjadi di perempat final Indonesia Open 2025 pada 6 Juni 2025, di mana Putri KW kalah tipis 19-21, 20-21.
Meskipun kalah dalam tiga pertemuan terakhir, skor yang diraih Putri KW menunjukkan tren positif. Yamaguchi harus bekerja keras untuk mengalahkannya. Pertemuan keempat ini menjadi momentum bagi Putri untuk membalikkan keadaan dan mencetak kemenangan perdana.
Kemenangan atas Akane Yamaguchi tidak hanya akan memecahkan rekor buruk, tetapi juga membuka peluang untuk meningkatkan medali perunggu menjadi perak atau bahkan emas. Jika menang, medali perak sudah pasti di tangan. Lebih dari itu, kemenangan akan mengantarkannya menuju tangga juara.
Capaian Putri KW yang berhasil menembus semifinal Kejuaraan Dunia BWF ini menyamai prestasi Lindaweni Fanetri yang meraih medali perunggu pada tahun 2015. Kala itu, ajang bergengsi ini digelar di Istora Senayan, Jakarta.
Jika mampu meningkatkan perunggu menjadi perak, Putri KW akan mencatatkan sejarah sebagai tunggal putri pertama Indonesia yang meraih prestasi tersebut. Dan jika berhasil meraih emas, ia akan menyamai pencapaian legenda bulu tangkis Indonesia, Susy Susanti, yang meraih emas Kejuaraan Dunia pada tahun 1993.
Sempat Menurun
Nama Putri KW sempat digadang-gadang sebagai penerus kejayaan tunggal putri Indonesia di kancah internasional. Bersama Gregoria Mariska Tunjung, ia diharapkan mampu mengharumkan nama bangsa.
Kedua pemain ini menjadi andalan Indonesia di berbagai turnamen internasional. Namun, dalam beberapa turnamen, mereka hanya mampu mencapai babak semifinal.
Di tengah harapan besar dari masyarakat, Putri KW membuat keputusan mengejutkan dengan bergabung menjadi anggota Polisi Wanita (Polwan) pada tahun 2022. Ia resmi menyandang pangkat Bripda pada akhir tahun yang sama.
Keputusan untuk membagi waktu antara pendidikan Polwan dan latihan bulu tangkis berdampak pada penampilan Putri KW. Permainannya seolah meredup. Gerakannya menjadi lamban, sering melakukan kesalahan sendiri, dan kehilangan daya juang di lapangan. Bahasa tubuh dan mimik wajahnya pun kurang memancarkan optimisme, terkesan terbebani tekanan.
Bersamaan dengan itu, muncul bibit-bibit baru tunggal putri Indonesia yang siap menggantikannya. Ada nama Komang Ayu Cahaya Dewi, Ester Nurumi Tri Wardoyo, bahkan pemain muda potensial seperti Bilqis Prasista yang mampu mengalahkan Akane Yamaguchi di Piala Uber 2022.
Kondisi ini memunculkan spekulasi bahwa karier Putri KW di dunia bulu tangkis telah usai. Tidak sedikit warganet yang menyarankan agar ia fokus menjalani profesi sebagai Polwan dan mengundurkan diri dari pelatnas.
Namun, kritikan tersebut tidak membuatnya patah semangat. Justru sebaliknya, Putri KW bertekad untuk bangkit. Ia secara perlahan memperbaiki kekurangan dan kelemahannya. Kekuatan dan kelincahan kakinya mulai terlihat kembali. Staminanya pun meningkat, menunjang daya tahan dan daya juang di lapangan.
Republika.co.id beberapa kali menyaksikan langsung bagaimana fokusnya Putri KW saat berlatih di Pelatnas PBSI Cipayung. Dalam sebuah kesempatan, ia tampak serius mengasah kemampuan di bawah arahan pelatih Imam Tohari. Imam terlihat memberikan masukan yang ditanggapi dengan anggukan oleh Putri KW.
Seiring bertambahnya usia dan pengalaman, Putri KW menjadi lebih sabar di lapangan. Ia tidak lagi terburu-buru melepaskan smash, melainkan mengolahnya terlebih dahulu sebelum mengakhiri dengan pukulan mematikan.
Kini, menyaksikan Putri KW bermain menjadi lebih menarik. Gerakannya energik, mengejar setiap shuttlecock yang diarahkan kepadanya. Ia sabar meladeni permainan lawan, seperti yang terlihat saat mengalahkan Sinshu.
Semoga di semifinal sore hari ini, Putri KW mampu menampilkan permainan terbaiknya, memecahkan rekor buruk melawan Akane Yamaguchi, dan melaju ke partai puncak.
Ringkasan
Putri Kusuma Wardani (Putri KW) menjadi satu-satunya wakil Indonesia yang berhasil meraih medali di Kejuaraan Dunia BWF 2025 setelah mengalahkan Pusarla V Sindhu di perempat final. Di babak semifinal, Putri KW akan menghadapi Akane Yamaguchi, unggulan kelima asal Jepang, dalam pertandingan yang akan digelar di Adidas Arena, Paris pada 30 Agustus 2025. Laga ini menjadi kesempatan bagi Putri KW untuk memecahkan rekor buruk melawan Yamaguchi, yang belum pernah ia kalahkan dalam tiga pertemuan sebelumnya.
Meskipun sempat mengalami penurunan performa dan bahkan menjadi anggota Polwan, Putri KW berhasil bangkit dan menunjukkan peningkatan dalam permainannya. Kemenangan atas Yamaguchi akan membuka peluang bagi Putri KW untuk meraih medali perak atau bahkan emas, menyamai atau melampaui prestasi yang pernah diraih oleh tunggal putri Indonesia lainnya, seperti Lindaweni Fanetri dan Susy Susanti.








