Kegagalan Timnas Indonesia menembus Piala Dunia 2026 seharusnya menjadi titik balik bagi Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI) untuk melakukan evaluasi mendalam. Mimpi untuk berlaga di putaran final yang akan digelar di Amerika Serikat, Kanada, dan Meksiko tahun depan, harus pupus di putaran keempat kualifikasi.
Langkah Timnas Indonesia, yang kini diasuh oleh pelatih Patrick Kluivert, terhenti setelah menelan kekalahan 0-1 dari Irak dalam pertandingan kedua Grup B di Stadion King Abdullah Sports City, Jeddah, pada Minggu dini hari WIB, 12 Oktober 2025. Hasil ini menempatkan skuad Garuda di posisi juru kunci klasemen grup, menyusul kekalahan 2-3 dari Arab Saudi di stadion yang sama pada Kamis sebelumnya. Pertandingan antara Arab Saudi dan Irak akan menjadi penentu siapa yang berhak lolos langsung ke putaran final Piala Dunia, sementara tim yang kalah akan melanjutkan perjuangan melalui babak kelima atau playoff. Sayangnya, dengan kekalahan ini, Indonesia yang berada di urutan ketiga grup harus menerima kenyataan pahit, yaitu tersingkir dari persaingan.
Supriyono Prima, mantan pemain PSSI Primavera yang kini menjadi pengamat sepak bola, menekankan pentingnya PSSI untuk berpikir jernih dalam situasi ini. Ia mengingatkan agar PSSI tidak panik dan menyadari bahwa membangun sepak bola yang kuat membutuhkan waktu dan proses yang panjang. “Membangun sepak bola tidak bisa instan,” ujarnya.
PSSI, dengan Direktur Teknik Timnas Indonesia Alexander Zwiers yang berasal dari Belanda, perlu segera menyusun agenda yang jelas dan terstruktur. Menurut Supriyono, PSSI harus menetapkan target jangka pendek, menengah, dan panjang sebagai persiapan untuk meraih mimpi lolos ke Piala Dunia 2030. Upaya mencapai target tersebut harus diimbangi dengan pengembangan pemain muda diaspora dan pemain yang berkiprah di kompetisi dalam negeri.

Agar sepak bola Indonesia dapat meraih hasil yang lebih baik di masa depan, Supriyono mendesak PSSI untuk segera melakukan evaluasi menyeluruh, mengambil sikap tegas, dan bertanggung jawab atas kegagalan di putaran keempat Kualifikasi Piala Dunia 2026 ini. “Mengambil tindakan tegas kepada coach Patrick Kluivert dalam kegagalan membawa timnas kita,” tegas Supriyono saat dihubungi melalui aplikasi perpesanan pada Minggu.
Kluivert sendiri baru ditunjuk sebagai pelatih Timnas Indonesia pada 8 Januari lalu. Mantan penyerang Barcelona dan Timnas Belanda ini dipilih untuk menggantikan Shin Tae-yong, juru taktik asal Korea Selatan yang dipecat setelah menukangi skuad Garuda selama lima tahun terakhir. Salah satu tugas utama yang diemban Kluivert adalah membawa tim Merah Putih lolos ke Piala Dunia 2026.

Senada dengan Supriyono, analis sepak bola Kesit Budi Handoyo juga menekankan bahwa untuk mencapai kesuksesan, dibutuhkan proses dan waktu yang panjang. “Tidak instan seperti yang dilakukan sekarang,” ujarnya saat dihubungi Tempo, Minggu, 12 Oktober 2025.
Meskipun Timnas Indonesia memiliki pemain diaspora yang bermain di klub-klub Eropa, mereka membutuhkan waktu untuk lebih sering berkumpul dan bertanding bersama sebagai tim agar kekompakan dapat terjalin dengan baik. Kesit menambahkan, dengan seringnya para pemain berkumpul dan bertanding bersama, kita akan semakin memahami kekuatan tim.
“Kita semakin tahu kekuatan mereka, maka di situlah kemudian kita bisa menumbuhkan optimisme. ‘Oh, tim ini bisa’. Kalau sekarang kan tidak, kita seperti gambling. Oh, hari ini kita lawan ini. Wah, berat nih, tidak bisa. Besok lagi, oh, lawan ini kita bisa,” kata Kesit. “Jadi masih fluktuatif sifatnya, tidak ajek, tidak konsisten.”
Salah satu hal yang disoroti oleh Kesit adalah persiapan Timnas Indonesia yang terkesan terburu-buru, hanya berkumpul dua hari menjelang pertandingan pertama putaran keempat babak Kualifikasi Piala Dunia 2026. Dengan waktu yang singkat, sulit untuk memadukan kekompakan pemain. Ketika waktu untuk pemusatan latihan sangat minim, pelatih harus mencari solusi agar seluruh pemain dapat berlatih bersama.
“Itu kan mengulang peristiwa ketika kita kalah melawan Australia. Tidak seluruh pemain hadir di waktu bersamaan. Bahkan di ronde keempat ini, kita tahu sendiri ada pemain yang baru hadir dua hari menjelang pertandingan,” tuturnya. “Jadi untuk latihan memadukan kekompakan, walau sebelumnya sudah bermain bersama, itu tidak optimal.”
Untuk mempersiapkan prospek lolos Piala Dunia 2030, persiapan harus dilakukan secara matang. Para pemain harus sering berkumpul, mengikuti pertandingan bersama, dan menjalani uji coba internasional dengan berbagai tim kuat. Tujuannya adalah agar para pemain semakin terbiasa satu sama lain dan semakin kompak untuk mencapai target yang telah disiapkan sejak jauh hari. “Kita akan mempunyai keyakinan lebih dalam terhadap tim ini karena kita rutin melihat mereka,” pungkasnya.
Kegagalan ini tentu menimbulkan pertanyaan besar: Apa komentar Patrick Kluivert setelah Timnas Indonesia gagal lolos ke Piala Dunia 2026? Pernyataan resminya tentu sangat dinantikan untuk memahami langkah-langkah yang akan diambil ke depannya.
Ringkasan
Kegagalan Timnas Indonesia di Kualifikasi Piala Dunia 2026 mendorong PSSI untuk melakukan evaluasi total. Mimpi untuk berlaga di Amerika Serikat, Kanada, dan Meksiko pupus setelah kekalahan dari Irak yang menempatkan Garuda di posisi juru kunci. Mantan pemain PSSI Primavera, Supriyono Prima, menekankan pentingnya PSSI untuk tidak panik dan menyadari bahwa membangun sepak bola yang kuat membutuhkan waktu dan proses yang panjang.
Evaluasi menyeluruh, sikap tegas, dan tanggung jawab atas kegagalan harus segera diambil, termasuk mempertimbangkan evaluasi kinerja pelatih Patrick Kluivert. Analis sepak bola, Kesit Budi Handoyo, juga menyoroti perlunya proses dan waktu yang panjang serta kekompakan tim yang membutuhkan seringnya berkumpul dan bertanding bersama, berbeda dengan persiapan timnas yang terkesan terburu-buru.








