Gempa bumi dengan magnitudo 5,8 mengguncang wilayah Maluku Barat Daya, Maluku, pada Rabu malam, 1 Oktober 2025. Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) melaporkan bahwa gempa yang terjadi pada pukul 20.49 WIB atau 22.49 waktu setempat ini awalnya diukur dengan magnitudo 6,1.
Menurut Direktur Gempa Bumi dan Tsunami BMKG, Daryono, episenter gempa terletak di laut, sekitar 85 kilometer arah timur laut Maluku Barat Daya, dengan kedalaman mencapai 176 kilometer. “Gempa ini tergolong gempa bumi menengah yang disebabkan oleh aktivitas deformasi di dalam Lempeng Laut Banda,” jelas Daryono mengenai jenis dan penyebab gempa tersebut.
Pemodelan yang dilakukan oleh BMKG menunjukkan bahwa gempa ini tidak berpotensi tsunami. Guncangan gempa dirasakan di Tiakur, ibu kota Maluku Barat Daya, dengan skala III MMI. Artinya, jika terjadi pada siang hari, getaran akan terasa nyata di dalam rumah, seolah-olah ada truk yang melintas.
Hingga saat ini, BMKG belum menerima laporan mengenai dampak kerusakan yang disebabkan oleh gempa bumi tersebut. Belum ada pula laporan mengenai gempa susulan. Hingga Kamis dini hari, gempa di Tiakur tercatat sebagai gempa terkini yang guncangannya dapat dirasakan di wilayah Indonesia.
Sebelumnya, gempa dengan magnitudo 6,0 juga mengguncang Sumenep, Jawa Timur, pada Selasa tengah malam. Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat bahwa gempa ini menyebabkan kerusakan pada setidaknya 30 bangunan. Gempa ini berpusat di laut, 58 kilometer arah tenggara Sumenep, dengan kedalaman 12 kilometer.
Guncangan yang diakibatkan oleh aktivitas sesar aktif di dasar laut tersebut diperkirakan mencapai skala V-VI MMI di Pulau Sapudi. Sementara itu, di Sumenep, Pamekasan, dan Surabaya, intensitas gempa tercatat pada skala III-IV MMI.
Selain kerusakan bangunan, gempa di Sumenep juga menyebabkan tiga warga mengalami luka-luka akibat terkena serpihan kaca dari rumah yang retak dan roboh. “Mereka telah mendapatkan perawatan medis,” ujar Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Sumenep, Achmad Laily Maulidi, kepada Antara.
Peristiwa gempa bumi ini mengingatkan kita akan pentingnya mitigasi bencana. Seperti halnya upaya pelestarian lingkungan, mitigasi bencana menjadi penting untuk mengurangi dampak kerusakan. Contohnya, penyebab rusaknya karang di Geopark Raja Ampat perlu diatasi agar ekosistem laut tetap terjaga dan meminimalisir dampak buruk jika terjadi bencana alam.
Ringkasan
Gempa bumi berkekuatan magnitudo 5,8 mengguncang Maluku Barat Daya pada Rabu malam, menurut BMKG. Episenter gempa berada di laut dengan kedalaman 176 kilometer dan disebabkan oleh aktivitas deformasi di dalam Lempeng Laut Banda. BMKG menyatakan gempa ini tidak berpotensi tsunami dan guncangan dirasakan di Tiakur dengan skala III MMI.
Sebelumnya, gempa magnitudo 6,0 mengguncang Sumenep, Jawa Timur, menyebabkan kerusakan pada sekitar 30 bangunan dan melukai tiga warga. Gempa Sumenep berpusat di laut dengan kedalaman 12 kilometer, dan guncangannya mencapai skala V-VI MMI di Pulau Sapudi. Peristiwa ini mengingatkan akan pentingnya mitigasi bencana.










