MAJELIS Ulama Indonesia (MUI) mengecam keras aksi peledakan yang terjadi di masjid SMA Negeri 72 Jakarta, yang mengakibatkan puluhan siswa mengalami luka-luka. Wakil Sekretaris Jenderal MUI, Arif Fahrudin, menegaskan bahwa tindakan tersebut tidak dapat dibenarkan oleh ajaran agama apapun.
Aksi peledakan di tempat ibadah sekolah ini dinilai sebagai bentuk pelecehan yang tidak dapat ditoleransi. “Sehingga tidak dapat ditoleransi dalam bentuk apa pun,” tegas Arif dalam keterangan tertulisnya pada hari Sabtu, 8 November 2025.
MUI mendesak aparat penegak hukum untuk segera mengusut tuntas motif di balik aksi keji ini dan menghukum semua pihak yang terlibat, baik dalam perencanaan maupun pelaksanaannya. Pemerintah juga perlu melakukan evaluasi menyeluruh terkait insiden di SMAN 72 Jakarta ini, terutama dalam hal pengawasan terhadap peredaran senjata api rakitan.
“MUI mendorong pemerintah dan pihak terkait untuk mengambil langkah cepat dan prioritas dalam penanganan kesehatan fisik maupun psikis para korban,” imbuh Arif, menekankan pentingnya pemulihan bagi para siswa yang terdampak.
Ledakan di SMAN 72 Jakarta terjadi pada hari Jumat, 7 November 2025, sekitar pukul 12.15 WIB, saat khutbah salat Jumat sedang berlangsung. Menurut laporan, dua ledakan terjadi, pertama di aula sekolah dan kedua di pintu belakang. Akibatnya, 54 siswa mengalami luka-luka.
Saksi mata melaporkan bahwa seorang siswa kelas XII ditemukan terkapar di lokasi kejadian dengan senjata mainan di dekatnya. Polisi juga menemukan kaleng minuman yang dimodifikasi dengan sumbu serta sebuah remot kecil.
Siswa tersebut mengenakan sepatu boots, celana hitam, dan kaus tanpa lengan berwarna putih dengan tulisan “Natural Selection”. Foto yang beredar menunjukkan tulisan pada senjata mainan tersebut, antara lain “Welcome to Hell,” “For Agartha,” serta nama-nama pelaku penembakan masjid di luar negeri seperti Brenton Tarrant, Alexandre Bissonnette, dan Luca Traini.
Saat ini, pihak kepolisian masih terus menyelidiki motif pelaku peledakan di SMAN 72 Jakarta. Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo menyatakan bahwa terduga pelaku adalah seorang pelajar. Penyelidikan juga mendalami dugaan adanya bullying di balik aksi tragis ini, sebagai salah satu kemungkinan pemicu. Mengingat kompleksitas kasus ini, pendalaman motif menjadi kunci untuk mengungkap akar permasalahan dan mencegah kejadian serupa di masa mendatang.
Ringkasan
MUI mengecam keras peledakan di masjid SMAN 72 Jakarta yang melukai puluhan siswa, menyebutnya sebagai pelecehan agama yang tidak dapat ditoleransi. MUI mendesak aparat penegak hukum untuk mengusut tuntas motif dan menghukum pelaku, serta meminta pemerintah mengevaluasi pengawasan terhadap peredaran senjata api rakitan.
Ledakan terjadi saat salat Jumat, mengakibatkan 54 siswa terluka. Seorang siswa kelas XII ditemukan di lokasi dengan senjata mainan bertuliskan nama-nama pelaku penembakan masjid di luar negeri. Polisi menyelidiki dugaan bullying sebagai pemicu, dan motif pelaku masih dalam pendalaman.








