Beberapa korban ledakan di SMAN 72 Jakarta mengalami dampak serius pada pendengaran mereka. Direktur Medis Rumah Sakit Yarsi Jakarta Pusat, Muhammadi, yang akrab disapa Adi, mengonfirmasi bahwa sejumlah siswa mengalami pecah gendang telinga akibat peristiwa tersebut. Saat ini, para korban sedang menjalani evaluasi medis untuk menentukan langkah penanganan selanjutnya.
“Kalau enggak salah ada dua atau tiga pasien itu. Itu yang mau kami evaluasi, kami lihat dulu lebih lanjut,” kata Adi saat ditemui di RS Yarsi, Jakarta Pusat, Sabtu, 8 November 2025. Ia menjelaskan bahwa pecahnya gendang telinga bisa disebabkan oleh suara keras yang terjadi secara tiba-tiba, seperti dalam insiden ledakan.
Hasil diagnosis dokter akan menjadi penentu apakah korban memerlukan tindakan operasi implan gendang telinga. Adi menjelaskan, “Kalau dia full pecah, kayak robek secara utuh, bolong di tengah begitu, seperti bedug, itu harus diimplan ya.” Prosedur implan ini bertujuan untuk menutup kembali robekan pada gendang telinga.
Namun, penanganan akan berbeda jika robekan hanya terjadi di tepi gendang telinga. Dalam kasus ini, Adi mengungkapkan bahwa pasien cukup menjalani terapi farmasi, pengobatan (medication), serta evaluasi lanjutan. “Kalau usia anak, biasanya bisa menutup kembali,” imbuhnya, memberikan sedikit harapan bagi pemulihan alami pada pasien anak-anak.
Meskipun demikian, Adi belum bisa memastikan apakah robekan pada gendang telinga akan berdampak jangka panjang pada pendengaran korban. Ia menegaskan bahwa evaluasi lebih lanjut diperlukan untuk memberikan gambaran yang lebih jelas. “Harusnya bisa ya, harusnya kembali normal. Ada namanya audiometri, itu dulu yang akan kami lakukan,” tutur Adi, menjelaskan bahwa pemeriksaan audiometri akan dilakukan untuk menilai kondisi pendengaran pasien.
Beberapa siswa SMAN 72 Jakarta yang menjadi korban ledakan mengeluhkan sakit telinga dan sensasi pengang. Mereka juga merasakan adanya suara berdenging setelah ledakan terjadi. Salah satunya adalah anak dari Indri Widyaningrum, seorang siswa kelas X di SMA tersebut. Indri menuturkan bahwa hingga Jumat sore setelah kejadian, anaknya masih mengeluhkan sakit pada telinga. “Kupingnya kayak pengang begitu katanya. Mungkin setelah ada suara ledakan keras itu ya,” ucapnya, menggambarkan betapa traumatisnya pengalaman tersebut bagi sang anak.
Senada dengan Indri, siswa lain bernama Arsya juga mengalami keluhan serupa. Telinga bagian dalamnya masih terasa sakit dan nyeri pascakejadian. Meskipun sudah diperbolehkan pulang dari RS Islam Cempaka Putih pada Jumat malam, 7 November 2025, Arsya tetap harus menjalani kontrol rutin dua minggu ke depan. “Iya sudah boleh pulang. Tapi dokter tadi minta untuk datang lagi dua minggu ke depan. Untuk memeriksa lagi telinga saya,” ujarnya, menunjukkan pentingnya pemantauan kondisi pasca-trauma.
Peristiwa ledakan di SMAN 72 Jakarta ini tidak hanya menimbulkan luka fisik, tetapi juga trauma psikologis. Pihak kepolisian saat ini tengah mendalami dugaan adanya tindakan perundungan (bullying) yang menjadi pemicu ledakan tersebut. Penyelidikan ini diharapkan dapat mengungkap fakta sebenarnya dan mencegah kejadian serupa di masa mendatang.
Ringkasan
Akibat ledakan di SMAN 72 Jakarta, beberapa siswa mengalami pecah gendang telinga. Direktur Medis RS Yarsi, Muhammadi, mengonfirmasi bahwa dua atau tiga pasien mengalami kondisi ini dan sedang dievaluasi untuk penanganan lebih lanjut. Pecahnya gendang telinga disebabkan suara keras mendadak dari ledakan, dan penanganan tergantung pada tingkat kerusakan.
Jika robekan pada gendang telinga parah, operasi implan mungkin diperlukan untuk menutup robekan. Namun, jika robekan kecil, terapi farmasi dan evaluasi lanjutan mungkin cukup, terutama pada anak-anak. Evaluasi lebih lanjut, termasuk audiometri, diperlukan untuk menentukan dampak jangka panjang pada pendengaran korban dan memastikan pemulihan optimal.









