Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) telah memperbarui data terkini mengenai dampak serius dari bencana banjir dan longsor yang melanda Provinsi Aceh. Hingga Minggu (30/11), jumlah korban meninggal dunia akibat insiden ini telah bertambah, mencapai angka 54 jiwa.
Kepala BNPB, Letjen TNI Suharyanto, dalam keterangannya dari Tapanuli Utara, mengonfirmasi data tersebut. Beliau menjelaskan bahwa, meskipun jumlah korban di Aceh tercatat lebih sedikit dibandingkan dengan Sumatera Utara (Sumut), situasi di Aceh tetap memprihatinkan dengan 54 jiwa meninggal dunia, 55 jiwa dinyatakan hilang, dan delapan orang mengalami luka-luka. Jumlah masyarakat yang terdampak secara langsung juga teridentifikasi relatif lebih kecil dibandingkan bencana di Sumut.
Secara keseluruhan, bencana banjir dan longsor di Aceh ini telah memengaruhi setidaknya 570 ribu jiwa. Suharyanto menyoroti bahwa dampak parah di Aceh terutama disebabkan oleh terputusnya akses ke banyak kabupaten dan kota. Kondisi ini membuat upaya penanganan dan bantuan menjadi lebih menantang, sehingga membutuhkan perhatian khusus dari semua pihak.
Lebih lanjut, Suharyanto merinci beberapa ruas jalan vital yang masih belum dapat dilalui. Jalur penghubung Sumatera Utara menuju Aceh masih terputus, demikian pula rute dari Banda Aceh ke Lhokseumawe. Selain itu, akses dari Gayo Lues menuju Aceh Tenggara, serta di Aceh Tengah, juga mengalami pemutusan. Beberapa wilayah seperti Bener Meriah dan Subulussalam bahkan dilaporkan masih terisolasi, menambah daftar panjang daerah yang sulit dijangkau.
Untuk mengatasi situasi krusial ini, kekuatan tim SAR yang diterjunkan ke Aceh kini telah dioptimalkan secara signifikan. Upaya distribusi logistik terus digencarkan melalui jalur darat, udara, dan laut, menjangkau seluruh wilayah yang membutuhkan, termasuk daerah-daerah yang sebelumnya terisolir. Fokus utama dalam penyaluran bantuan saat ini diberikan kepada wilayah Bener Meriah dan Aceh Tamiang, memastikan kebutuhan dasar masyarakat dapat terpenuhi.








