Kepala Kepolisian Daerah (Kapolda) Aceh, Inspektur Jenderal Marzuki Ali Basyah, menyoroti dampak dahsyat banjir yang melanda Kabupaten Aceh Tamiang. Bencana yang terjadi pada akhir November 2025 ini, menurutnya, telah melumpuhkan seluruh aktivitas pemerintahan di wilayah tersebut.
“Sebanyak 18 kabupaten/kota terdampak banjir. Namun, kondisi Aceh Tamiang paling parah dan sangat memprihatinkan,” tegas Irjen. Marzuki saat memimpin apel pagi di Markas Polda Aceh, Sabtu, 6 Desember 2025, seperti yang tertulis dalam keterangan resminya.
Lebih lanjut, Marzuki menjelaskan bahwa seluruh sumber daya pemerintah daerah saat ini difokuskan pada penanganan darurat banjir. Akibatnya, roda pemerintahan di Aceh Tamiang praktis berhenti total. Polda Aceh sendiri terus memantau perkembangan situasi terkini di wilayah-wilayah terdampak, sekaligus memastikan kelancaran penyaluran bantuan logistik dari Mabes Polri, Polda Aceh, dan polda-polda lainnya. “Bantuan akan terus kami salurkan secara rutin dan berkelanjutan,” janjinya.
Dampak banjir di Aceh Tamiang juga dirasakan oleh warga binaan lembaga pemasyarakatan (lapas). Saking parahnya, sebuah lapas terpaksa dikosongkan karena air telah mencapai atap bangunan.
“Ada satu lapas di Tamiang yang airnya sudah sampai di atap, sehingga warga binaan pemasyarakatan terpaksa harus dikeluarkan demi alasan kemanusiaan,” ungkap Agus di Jakarta Selatan, Jumat, 5 Desember 2025.
Agus menambahkan bahwa keberadaan warga binaan tersebut hingga kini belum diketahui, mengingat kondisi wilayah yang belum memungkinkan untuk dilakukan penelusuran. Keputusan evakuasi ini, ditegaskannya, semata-mata diambil demi keselamatan para warga binaan. “Kalau tidak dilepas, kalau sampai ke atap, nanti kami yang salah,” imbuhnya.
Sementara itu, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) melaporkan data sementara terkait jumlah korban jiwa akibat banjir di Aceh dan wilayah sekitarnya. Di Provinsi Aceh, total korban meninggal dunia mencapai 325 jiwa, dan 170 orang masih dinyatakan hilang. Di Sumatera Utara, tercatat 311 korban meninggal dunia dan 127 orang hilang. Sedangkan di Sumatera Barat, bencana menyebabkan 200 orang tewas dan 221 orang belum ditemukan.
Di tengah upaya penanggulangan bencana ini, pihak berwenang juga tengah menelusuri dugaan keterkaitan antara Dewi Astutik dengan gembong narkoba Fredy Pratama. Isu ini menjadi perhatian publik di tengah fokus penanganan dampak banjir yang melanda Aceh dan sekitarnya.
Ringkasan
Banjir yang melanda Kabupaten Aceh Tamiang pada akhir November 2025 telah melumpuhkan aktivitas pemerintahan. Kapolda Aceh, Irjen. Marzuki Ali Basyah, menyatakan bahwa kondisi di Aceh Tamiang sangat memprihatinkan karena seluruh sumber daya pemerintah daerah difokuskan pada penanganan darurat banjir. Akibatnya, roda pemerintahan praktis berhenti total.
Banjir juga menyebabkan sebuah lapas di Tamiang dikosongkan karena air mencapai atap, dan keberadaan warga binaan belum diketahui. BNPB melaporkan total korban meninggal dunia akibat banjir di Aceh, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat mencapai 836 jiwa, dengan ratusan orang masih hilang. Selain itu, pihak berwenang juga menelusuri dugaan keterkaitan Dewi Astutik dengan gembong narkoba Fredy Pratama di tengah upaya penanggulangan bencana.








