Ketua Dewan Direksi EDGE Group, Faisal Al Bannai, menyatakan minat perusahaan asal Uni Emirat Arab (UEA) tersebut untuk menjalin kerja sama di sektor pertahanan dengan Indonesia. Pernyataan ini disampaikan setelah pertemuan dengan Presiden Prabowo Subianto di Istana Merdeka, Jakarta, pada Selasa, 21 Oktober 2025.
Faisal Al Bannai menegaskan bahwa Indonesia adalah mitra strategis UEA, membuka peluang kolaborasi antara EDGE Group dan Indonesia di bidang teknologi dan pertahanan. “Indonesia adalah sekutu dekat dan sahabat UEA. Ada banyak potensi kerja sama yang bisa digali di sini,” ujarnya seusai pertemuan dengan Presiden Prabowo.
EDGE Group, seperti yang tertera di situs web resminya, adalah perusahaan yang berbasis di Abu Dhabi, UEA, yang bergerak di bidang produksi alat militer. Didirikan pada November 2025, perusahaan ini memproduksi beragam peralatan pertahanan, termasuk platform dan sistem peluncur rudal, drone, berbagai jenis rudal dan senjata, serta teknologi antariksa dan keamanan siber.
Delegasi UEA yang mendampingi Faisal Al Bannai dalam pertemuan tersebut terdiri dari Duta Besar UEA untuk RI, Abdulla Salem Al-Dhaheri; President Trading & Mission Support EDGE Group, Omar Al Zaabi; SVP Chairman of EDGE Group, Ahmed Al Shamsi; dan Office Manager Faisal Al Bannai, Abdulla Al Marzooqi.
Duta Besar Abdulla Salem Al-Dhaheri mengungkapkan bahwa pertemuannya dengan Presiden Prabowo membahas berbagai bidang kerja sama strategis yang mengalami perkembangan signifikan dalam beberapa tahun terakhir. Ia menambahkan bahwa nilai perdagangan antara Indonesia dan UEA saat ini telah melampaui 5 miliar dolar AS, meningkat pesat dari 1,9 miliar dolar AS pada tahun 2021.
“Kami telah membahas berbagai bidang kerja sama, termasuk perumahan, infrastruktur, dan sektor-sektor lainnya,” kata Abdulla, menggarisbawahi luasnya cakupan potensi kolaborasi antara kedua negara.
Abdulla Salem menjelaskan bahwa hubungan bilateral kedua negara sebelumnya terfokus pada tiga sektor utama: minyak dan gas, pelabuhan, dan pendidikan. Namun, sejak kunjungan Presiden UEA Sheikh Mohammed bin Zayed Al Nahyan ke Indonesia pada tahun 2019, kerja sama kedua negara telah berkembang pesat ke berbagai sektor baru yang menjanjikan.
“Kami telah bekerja sama di bidang energi terbarukan, pendidikan, dan pertanian. Salah satu contohnya adalah proyek energi terbarukan Cirata di Jawa Barat yang terus dikembangkan,” jelasnya. “Saya percaya hubungan antara Uni Emirat Arab dan Indonesia selalu berada di jalur yang positif.”
Selain itu, sektor energi juga menyimpan potensi besar untuk kerja sama. Abdulla Salem menyoroti peluang kolaborasi dalam eksplorasi dan produksi gas alam di Indonesia. Kerja sama ini tidak hanya berfokus pada aspek produksi, tetapi juga pada penciptaan nilai tambah bagi Indonesia melalui pembukaan lapangan kerja dan transfer teknologi di bidang energi bersih.
“Kami memang memiliki beberapa bentuk kerja sama energi, termasuk produksi gas alam di Laut Andaman, Provinsi Aceh. Penemuan ini merupakan pencapaian besar, bahkan belum pernah terjadi di Indonesia selama 20 tahun terakhir,” ungkapnya, menandakan potensi besar yang terkandung dalam kemitraan ini.
Selain energi dan infrastruktur, sektor pendidikan juga menjadi fokus utama dalam hubungan bilateral ini. Abdulla Salem mengumumkan rencana kedatangan delegasi dari UEA yang bertujuan untuk memperluas kerja sama di bidang pendidikan.
“Kami memiliki delegasi yang akan berkunjung dari Uni Emirat Arab terkait pendidikan, dan Anda akan segera mendengar kabar baik mengenai hal tersebut,” pungkasnya, memberikan harapan akan perkembangan positif di sektor pendidikan.
Seiring dengan perkembangan hubungan bilateral yang semakin erat, muncul pula diskusi mengenai dinamika politik dalam negeri. Sebelumnya, hasil survei Poltracking menyoroti lima alasan mengapa Presiden Prabowo mungkin perlu mempertimbangkan perombakan kabinet. Dinamika ini menjadi bagian dari lanskap politik yang lebih luas, di mana hubungan internasional dan kebijakan dalam negeri saling memengaruhi.
Ringkasan
Ketua Dewan Direksi EDGE Group dari UEA, Faisal Al Bannai, menyatakan minat perusahaannya untuk bekerja sama dengan Indonesia di sektor pertahanan setelah bertemu dengan Presiden Prabowo. Indonesia dianggap sebagai mitra strategis UEA, membuka peluang kolaborasi di bidang teknologi dan pertahanan.
Pertemuan tersebut juga membahas berbagai bidang kerja sama strategis antara Indonesia dan UEA, termasuk perumahan, infrastruktur, energi terbarukan, dan pendidikan. Nilai perdagangan antara kedua negara telah melampaui 5 miliar dolar AS, dan kerjasama telah berkembang pesat sejak kunjungan Presiden UEA ke Indonesia pada tahun 2019.









