JAKARTA, KOMPAS.com – Sekretaris Jenderal Partai Nasdem, Hermawi Taslim, menegaskan bahwa mutasi Ahmad Sahroni dari posisi wakil ketua Komisi III DPR tidak ada kaitannya dengan polemik pernyataan “orang tolol sedunia” yang sempat dilontarkannya. Menurut Hermawi, perpindahan tugas ini merupakan rotasi rutin yang biasa terjadi di internal partai.
“Rotasi biasa saja,” kata Hermawi kepada Kompas.com, Jumat (29/8/2025), menepis spekulasi yang berkembang.
Hermawi juga membantah jika mutasi ini dianggap sebagai bentuk pencopotan jabatan terhadap Sahroni. Ia menjelaskan bahwa langkah ini adalah bagian dari upaya penyegaran yang dilakukan oleh Nasdem. “Tidak ada pencopotan, hanya penyegaran,” imbuhnya, berusaha meluruskan persepsi yang mungkin timbul.
Sebelumnya, publik dihebohkan dengan pernyataan Ahmad Sahroni yang merespons kritik keras terhadap DPR, yang berujung pada desakan pembubaran lembaga legislatif tersebut. Desakan ini muncul seiring dengan terungkapnya rincian gaji dan penghasilan anggota DPR yang dinilai fantastis, mencapai Rp 230 juta, namun dianggap tidak sebanding dengan kinerja yang dihasilkan. Selain itu, kenaikan tunjangan bagi anggota DPR di tengah kesulitan ekonomi masyarakat juga menuai kecaman.
Menanggapi hal tersebut, Ahmad Sahroni saat melakukan kunjungan kerja ke Polda Sumut pada Jumat (22/8/2025) menilai bahwa desakan pembubaran DPR adalah sikap yang keliru. Ia bahkan menyebut pandangan tersebut sebagai “mental orang tolol”.
Sahroni mengingatkan bahwa kritik terhadap DPR diperbolehkan, termasuk menyampaikan cacian dan komplain. Namun, ia menekankan pentingnya menjaga adat istiadat dan sopan santun dalam menyampaikan kritik.
“Mental manusia yang begitu adalah mental orang tertolol sedunia. Catat nih, orang yang cuma bilang bubarin DPR itu adalah orang tolol sedunia. Kenapa? Kita nih memang orang semua pintar semua? Enggak bodoh semua kita,” tegas Sahroni saat itu.
Namun, usai pernyataannya menuai kontroversi, Ahmad Sahroni memberikan klarifikasi. Ia membantah bahwa dirinya bermaksud merendahkan masyarakat yang menyerukan pembubaran DPR. Ia mengklaim bahwa pernyataan “orang tolol sedunia” sebenarnya ditujukan pada cara berpikir pihak yang menilai DPR bisa begitu saja dibubarkan.
“Kan gue tidak menyampaikan bahwa masyarakat yang mengatakan bubarkan DPR itu tolol, kan enggak ada,” ujar Sahroni saat dihubungi Kompas.com, Selasa (26/8/2025), mencoba menjelaskan maksud ucapannya.
“Tapi untuk spesifik yang gue sampaikan bahwa bahasa tolol itu bukan pada obyek, yang misalnya ‘itu masyarakat yang mengatakan bubar DPR adalah tolol’. Enggak ada itu bahasa gue,” imbuhnya, mempertegas bahwa sasarannya bukanlah masyarakat secara umum.
Menurutnya, ucapannya telah dipahami secara keliru sehingga kemudian digoreng seolah-olah ditujukan kepada masyarakat luas. Sahroni menegaskan bahwa yang ia soroti adalah logika berpikir yang menilai DPR bisa dibubarkan hanya karena isu gaji dan tunjangan anggota.
“Iya, masalah ngomong bubarin pada pokok yang memang sebelumnya adalah ada problem tentang masalah gaji dan tunjangan. Nah, kan itu perlu dijelasin bagaimana itu tunjangan, bagaimana itu tunjangan rumah. Kan perlu penjelasan yang detail dan teknis,” tutur Sahroni. Penjelasan ini penting agar masyarakat memahami duduk perkara yang sebenarnya.
“Maka itu enggak make sense kalau pembubaran DPR, cuma gara-gara yang tidak dapat informasi lengkap tentang tunjangan-tunjangan itu,” pungkasnya, menekankan bahwa pembubaran DPR bukanlah solusi yang tepat jika hanya didasarkan pada informasi yang tidak lengkap. Sebagai informasi tambahan, sebelumnya sempat ada demonstrasi buruh di DPR yang membuat Sahroni mengimbau agar pegawai DPR melakukan Work From Home (WFH).
Ringkasan
Sekretaris Jenderal Partai Nasdem, Hermawi Taslim, membantah bahwa mutasi Ahmad Sahroni dari posisi wakil ketua Komisi III DPR berkaitan dengan kontroversi pernyataan “orang tolol sedunia”. Hermawi menegaskan bahwa perpindahan ini adalah rotasi rutin dan bagian dari upaya penyegaran di internal partai, serta menepis anggapan bahwa ini adalah bentuk pencopotan jabatan.
Sebelumnya, Sahroni mengkritik desakan pembubaran DPR dengan menyebut pihak yang berpandangan demikian sebagai “orang tolol sedunia,” yang kemudian menuai kontroversi. Ia kemudian mengklarifikasi bahwa pernyataan tersebut ditujukan pada logika berpikir yang menilai DPR bisa dibubarkan begitu saja karena isu gaji dan tunjangan, bukan kepada masyarakat yang menyampaikan kritik.
