Jumlah mahasiswa asing baru yang mendaftar di universitas-universitas Amerika Serikat (AS) pada musim gugur tahun 2025 mengalami penurunan signifikan. Angka pendaftaran anjlok 17 persen dibandingkan tahun-tahun sebelumnya, memicu kekhawatiran di kalangan akademisi dan pengamat pendidikan.
Penurunan drastis ini, menurut penelitian yang dirilis pada Senin, 17 November 2025, diduga kuat berkaitan dengan kebijakan pemerintahan Donald Trump yang mempersulit proses pengajuan visa pelajar. Penelitian tersebut menyoroti bahwa penundaan dan penolakan visa menjadi faktor utama yang menghalangi minat mahasiswa internasional untuk melanjutkan studi di AS.
Temuan ini diperkuat oleh survei yang dilansir BBC pada Rabu, 19 November 2025. Survei tersebut menunjukkan penurunan keseluruhan sebesar 1 persen pada jumlah mahasiswa internasional di AS, termasuk mahasiswa senior yang sudah lama berkuliah di sana.
Menurunnya jumlah mahasiswa asing ini tentu menimbulkan dampak yang signifikan. Pasalnya, mahasiswa asing berkontribusi sekitar 6 persen dari total pendaftaran mahasiswa baru di AS dan menyumbang sekitar 55 miliar dolar AS (setara dengan Rp 921 triliun) terhadap perekonomian negara, berdasarkan data dari Departemen Perdagangan tahun 2024.
Kondisi ini memunculkan kekhawatiran akan keberlanjutan program bantuan sosial bagi mahasiswa. *Sebagai informasi tambahan, terdapat program bantuan sosial bagi mahasiswa tahun 2026 yang bisa mencapai Rp 6 juta, dengan syarat dan cara pendaftaran tertentu.*
Institut Pendidikan Internasional, yang meneliti populasi mahasiswa asing di 828 institusi pendidikan tinggi di AS, turut menyampaikan keprihatinannya. Direktur Eksekutif AIRC: The Association of International Enrollment Management, Clay Harmon, bahkan khawatir dengan potensi penurunan jumlah mahasiswa asing yang lebih besar di tahun-tahun mendatang.
“Ada tanda-tanda peringatan untuk tahun-tahun mendatang, dan saya sangat khawatir tentang apa yang akan terjadi pada musim gugur 2026 dan 2027,” ungkap Clay Harmon.
Meski demikian, penurunan 17 persen ini masih lebih rendah dari perkiraan yang sempat dilontarkan selama musim panas oleh NAFSA, sebuah kelompok pendidik internasional nirlaba. Sebelumnya, mereka memprediksi potensi penurunan sebesar 30-40 persen pada musim gugur ini akibat masalah visa.
Salah satu indikasi yang mengkhawatirkan adalah peningkatan penundaan visa. Saat ini, penundaan visa mengalami peningkatan sebesar 39 persen dibandingkan dengan survei tahun 2024. Di sisi lain, sekitar 84 persen universitas di AS menyatakan bahwa perekrutan mahasiswa asing merupakan prioritas utama mereka. Banyak perguruan tinggi bahkan memberikan fleksibilitas kepada mahasiswa yang mengalami kendala untuk memulai studi di AS, termasuk penundaan visa.
Selain masalah visa, kekhawatiran mahasiswa tentang perasaan tidak diterima di AS juga menjadi faktor yang berkontribusi pada penurunan jumlah mahasiswa asing.
Pemerintah AS sendiri diketahui mengambil langkah-langkah untuk membatasi jumlah mahasiswa asing, yang sebagian besar harus membayar biaya kuliah lebih tinggi. Awal tahun ini, pemerintahan Trump sempat menghentikan sementara penjadwalan janji temu visa bagi mahasiswa internasional.
Setelah penjadwalan janji temu dilanjutkan pada bulan Juni, pemerintah mengumumkan akan memperketat pemeriksaan aplikasi visa. Langkah ini termasuk meminta semua pemohon untuk mengizinkan pemeriksaan akun media sosial mereka. Kebijakan ini muncul setelah adanya gelombang protes pro-Palestina di berbagai kampus di AS.
Sebelumnya, Departemen Luar Negeri AS juga telah mencabut lebih dari 6.000 visa pelajar internasional karena berbagai pelanggaran hukum di wilayah AS, termasuk penyerangan, mengemudi di bawah pengaruh alkohol (DUI), dan dukungan untuk terorisme.
*Bagi mahasiswa yang tertarik dengan dunia sains dan teknologi, terdapat lowongan magang di Ditjen Saintek bagi mahasiswa di Jabodetabek dengan batas waktu pendaftaran hingga 31 Desember.*
Ringkasan
Jumlah mahasiswa asing baru yang mendaftar di universitas AS pada musim gugur 2025 anjlok 17 persen. Penurunan ini diduga kuat terkait dengan kebijakan pemerintahan Trump yang mempersulit proses pengajuan visa pelajar, termasuk penundaan dan penolakan visa. Survei menunjukkan penurunan keseluruhan 1 persen pada jumlah mahasiswa internasional di AS.
Penurunan ini berdampak signifikan karena mahasiswa asing menyumbang sekitar 55 miliar dolar AS terhadap perekonomian AS. Hal ini memunculkan kekhawatiran akan keberlanjutan program bantuan sosial dan potensi penurunan lebih lanjut di tahun-tahun mendatang. Peningkatan penundaan visa dan kekhawatiran mahasiswa tentang perasaan tidak diterima di AS juga menjadi faktor yang berkontribusi.








