JAKARTA, KOMPAS.com – PT Bursa Efek Indonesia (BEI) menaruh perhatian besar pada kualitas perusahaan yang akan melantai di bursa saham pada sisa tahun ini. Hal ini dilakukan sebagai bagian dari upaya menjaga kepercayaan investor dan memastikan pertumbuhan pasar modal yang berkelanjutan.
Fokus utama BEI adalah memastikan perusahaan-perusahaan yang sedang dalam proses atau *pipeline* pencatatan saham perdana (IPO) benar-benar memenuhi standar kualitas yang ditetapkan. Untuk mendukung hal ini, BEI aktif menyelenggarakan berbagai program edukasi dan pendampingan bagi calon emiten.
Program-program tersebut meliputi *go public workshop*, *coaching clinic*, pertemuan tatap muka (*one-on-one meeting*), hingga acara jaringan (*networking event*). Direktur Penilaian Perusahaan BEI, I Gede Nyoman Yetna, menjelaskan bahwa inisiatif ini bertujuan untuk mempercepat transformasi perusahaan menjadi perusahaan terbuka dan sekaligus memperluas akses mereka ke ekosistem pasar modal.
“BEI juga memperkuat kolaborasi dengan berbagai pihak, termasuk kementerian atau lembaga pemerintah, asosiasi pengusaha, perbankan, dan mitra strategis lainnya,” ungkap Nyoman dalam keterangan tertulis, Sabtu (4/10/2025). Kolaborasi ini diharapkan dapat menciptakan sinergi yang positif bagi pertumbuhan perusahaan-perusahaan di Indonesia.
Selain fokus pada IPO saham, BEI juga memberikan edukasi mengenai instrumen pendanaan lain seperti obligasi, sukuk, dan efek beragun aset. Hal ini bertujuan untuk memperkaya alternatif pembiayaan bagi perusahaan dan memberikan diversifikasi investasi bagi para investor. Dengan demikian, pasar modal Indonesia menjadi lebih dinamis dan menarik.
Evaluasi ketat juga menjadi perhatian utama BEI dalam menilai kualitas calon emiten. Penilaian tidak hanya berfokus pada aspek formal, tetapi juga mencakup keberlangsungan usaha, kualitas tata kelola perusahaan (*good corporate governance*), dan kompetensi manajemen. Hal ini penting untuk memastikan bahwa perusahaan yang melantai di bursa memiliki fundamental yang kuat dan prospek yang baik.
Sejalan dengan upaya tersebut, BEI juga tengah menyusun kajian strategis IPO bersama berbagai pemangku kepentingan. Kajian ini bertujuan untuk memahami peluang dan tantangan yang ada, sekaligus memperkuat regulasi serta infrastruktur pasar modal. Tujuannya adalah untuk menciptakan ekosistem yang kondusif bagi pertumbuhan perusahaan dan pasar modal secara keseluruhan.
Sebelumnya, perlu diketahui juga bahwa kinerja saham setelah IPO menjadi perhatian para investor. Meskipun fluktuasi harga saham adalah hal yang wajar, BEI menekankan bahwa kinerja perusahaan tidak hanya diukur dari pergerakan harga saham jangka pendek. Faktor-faktor fundamental seperti pertumbuhan pendapatan, profitabilitas, dan prospek bisnis jangka panjang juga perlu dipertimbangkan.
Dengan langkah-langkah komprehensif ini, BEI optimistis dapat menghadirkan perusahaan-perusahaan tercatat yang berkualitas, berdaya saing, dan mampu memberikan kontribusi nyata bagi pertumbuhan pasar modal serta perekonomian nasional. BEI menargetkan dapat menggelar 66 pencatatan perdana saham (IPO) sepanjang tahun ini.
Namun, hingga akhir kuartal III-2025, realisasi IPO baru mencapai 23 emiten. Meskipun target tersebut belum tercapai, BEI meyakini bahwa pertumbuhan emiten di Indonesia masih lebih baik dibandingkan dengan negara-negara lain di kawasan Asia Tenggara seperti Thailand dan Singapura. Hal ini menunjukkan bahwa pasar modal Indonesia tetap menarik bagi perusahaan-perusahaan yang ingin mengembangkan bisnisnya.
Ringkasan
Bursa Efek Indonesia (BEI) fokus pada kualitas perusahaan yang akan IPO untuk menjaga kepercayaan investor dan pertumbuhan pasar modal. BEI aktif mengadakan program edukasi dan pendampingan bagi calon emiten, serta berkolaborasi dengan berbagai pihak untuk mempercepat transformasi perusahaan menjadi perusahaan terbuka.
BEI juga menekankan pentingnya evaluasi ketat terhadap calon emiten, tidak hanya dari aspek formal, tetapi juga keberlangsungan usaha dan tata kelola perusahaan. Meskipun target IPO 2025 belum tercapai, BEI meyakini pertumbuhan emiten di Indonesia masih lebih baik dibandingkan negara-negara lain di Asia Tenggara.








