JAKARTA. Nilai tukar rupiah menunjukkan potensi untuk melanjutkan penguatannya secara terbatas pada pekan ini. Pasar keuangan akan mencermati dengan seksama keputusan suku bunga dari dua bank sentral utama, yaitu The Federal Reserve (The Fed) di Amerika Serikat dan Bank Indonesia (BI) di dalam negeri, yang akan menjadi penggerak utama bagi pergerakan rupiah.
Menurut Kepala Ekonom Bank Permata, Josua Pardede, fokus utama pasar pada pekan ini adalah keputusan suku bunga yang akan diambil dalam rapat bank sentral AS, The Fed. Keputusan ini akan memberikan arahan yang signifikan terhadap sentimen pasar global.
Selain itu, rilis data ekonomi global juga diprediksi akan memengaruhi dinamika nilai tukar rupiah. Data-data penting yang perlu diperhatikan termasuk angka penjualan ritel di Amerika Serikat, neraca perdagangan kawasan Eurozone, serta tingkat inflasi di Jepang.
Melemahnya data ekonomi AS berpotensi memberikan tekanan pada dolar AS, yang pada gilirannya dapat memberikan dukungan positif bagi penguatan rupiah.
Bank Indonesia juga dijadwalkan untuk mengumumkan keputusan terkait suku bunga acuan pada tanggal 17 September. Keputusan ini akan menjadi faktor penting yang memengaruhi sentimen pasar terhadap rupiah.
Meskipun pasar secara umum memperkirakan BI akan mempertahankan suku bunga acuan, Josua menekankan bahwa sinyal kuat mengenai upaya stabilisasi nilai tukar dan koordinasi kebijakan fiskal dapat meningkatkan kepercayaan investor terhadap rupiah.
Namun, perlu diingat bahwa ketidakpastian politik di dalam negeri dan fluktuasi harga komoditas global masih menjadi risiko yang dapat menghambat potensi penguatan rupiah lebih lanjut. Faktor-faktor ini perlu diwaspadai oleh para pelaku pasar.
Dengan mempertimbangkan berbagai faktor tersebut, Josua memperkirakan bahwa rupiah akan bergerak stabil dengan kecenderungan menguat terbatas dalam rentang Rp 16.300 hingga Rp 16.450 per dolar AS pada pekan ini.
Sebagai informasi tambahan, pada penutupan perdagangan Jumat (12/9/2025), data Bloomberg menunjukkan bahwa rupiah spot berakhir pada posisi Rp 16.375 per dolar AS, menguat 0,53% dibandingkan hari sebelumnya. Secara mingguan, rupiah telah mencatatkan penguatan sebesar 0,35% dari posisi Rp 16.433 pada pekan sebelumnya. Penguatan ini menjadi modal positif bagi pergerakan rupiah ke depan.
Sementara itu, berdasarkan data Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) Bank Indonesia, rupiah ditutup pada level Rp 16.391 per dolar AS, menguat 0,47% dari perdagangan sebelumnya. Dalam sepekan, rupiah telah menguat 0,29%.
Ringkasan
Rupiah diperkirakan memiliki potensi penguatan terbatas pada pekan ini, dengan fokus pasar tertuju pada keputusan suku bunga The Fed dan Bank Indonesia. Data ekonomi global, seperti penjualan ritel AS dan inflasi Jepang, juga akan memengaruhi pergerakan rupiah.
BI diperkirakan akan mempertahankan suku bunga, namun sinyal stabilisasi nilai tukar dan koordinasi kebijakan fiskal penting untuk meningkatkan kepercayaan investor. Ketidakpastian politik dan fluktuasi harga komoditas tetap menjadi risiko, dengan perkiraan rentang pergerakan rupiah di Rp 16.300 – Rp 16.450 per dolar AS.








