JAKARTA, News Stream Pro – PT PP Tbk (PTPP) tengah berupaya merealisasikan rencana divestasi aset senilai total Rp 1,69 triliun. Langkah strategis ini diambil dengan melepas kepemilikan saham pada dua anak perusahaan yang bergerak di luar bisnis inti PTPP.
Langkah pertama dalam aksi korporasi ini adalah divestasi saham PT PP Infrastruktur (PPIN). PTPP berencana menjual 81% saham PPIN kepada PT Varsha Zamindo Laksana (VZL) dan atau afiliasinya. Informasi ini disampaikan secara resmi melalui keterbukaan informasi di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Senin (17/11/2025). Rencananya, sebanyak 621.161 lembar saham PPIN akan dilepas dengan nilai transaksi mencapai Rp 1,41 triliun.
Manajemen PTPP meyakini bahwa dana segar yang diperoleh dari divestasi ini akan menjadi amunisi penting untuk memperkuat kegiatan operasional perusahaan. Selain itu, dana ini juga akan dialokasikan untuk mengembangkan berbagai proyek yang berada dalam lini bisnis inti PTPP.
Dengan penjualan 81% saham PPIN kepada VZL, kepemilikan PTPP di anak perusahaan tersebut akan berkurang signifikan. Setelah transaksi ini rampung, porsi kepemilikan PTPP di PPIN akan menyusut dari 99,15% menjadi hanya 18,15%.
Selain divestasi PPIN, PTPP juga berencana melepas sebagian kepemilikannya di PT Celebes Railway Indonesia.
Selanjutnya, PTPP juga akan melepas 47,81% sahamnya di PT Celebes Railway Indonesia (CRI) kepada PT Solra Energi Terbarukan. Nilai transaksi untuk pelepasan saham ini diperkirakan mencapai Rp 282,1 miliar. Aksi korporasi ini dilakukan melalui perjanjian jual beli saham bersyarat antara PTPP dan PT Solra Energi Terbarukan (SET). Langkah ini merupakan bagian dari strategi penataan portofolio dan penguatan fokus pada bisnis inti perseroan. Divestasi ini mencakup 142.180 saham, yang setara dengan 47,81% dari modal ditempatkan dan disetor di CRI. SET sendiri merupakan perusahaan yang berdomisili di Jakarta dan tidak memiliki hubungan afiliasi dengan PTPP.
Langkah strategis ini sejalan dengan implementasi Rencana Jangka Panjang Perusahaan (RJPP) 2025–2029 yang bertema “Back to Core”. Melalui strategi ini, PTPP ingin memperkuat fokusnya pada bisnis inti, yaitu konstruksi gedung, infrastruktur, serta engineering, procurement & construction (EPC), yang selama ini menjadi kontributor utama pendapatan perseroan, mencapai lebih dari 80%.
“Penataan portofolio dan divestasi ini dilakukan untuk meningkatkan efisiensi operasional, memperbaiki arus kas, serta mendukung program penyehatan keuangan perusahaan,” ungkap manajemen PTPP dalam keterangan resminya.
Sebelumnya, KONTAN mencatat bahwa kedua aset ini memang telah masuk dalam daftar rencana divestasi PTPP sepanjang tahun 2025. Emiten konstruksi pelat merah ini menargetkan divestasi aset sebesar Rp 3,06 triliun pada tahun ini. Dengan demikian, PTPP masih perlu melepas aset senilai Rp 1,37 triliun untuk mencapai target divestasi tahun ini.
Selain CRI dan PPIN, PTPP juga berencana melepas kepemilikan di PT Centurion Perkasa Iman Surabaya dan PT PP Semarang Demak. Khusus untuk PP Semarang Demak, divestasi baru akan dilakukan setelah seksi I jalan tol ini beroperasi pada tahun 2027.
Sekretaris Perusahaan PTPP, Joko Raharjo, menyatakan bahwa proses divestasi masih terus berjalan dan ditargetkan selesai pada akhir tahun 2025. Meskipun demikian, PTPP belum memberikan keterangan lebih lanjut mengenai target divestasi aset yang tersisa, yaitu sebesar Rp 1,37 triliun. “Kami akan fokus pada penyelesaian proses divestasi yang saat ini berjalan,” ujarnya kepada Kontan, Selasa (18/11/2025).
Analis Kanaka Hita Solvera, Andhika Cipta Labora, berpendapat bahwa divestasi aset ini akan memberikan dampak positif bagi PTPP. Dengan divestasi, PTPP dapat lebih fokus menjalankan bisnis inti sehingga menjadi lebih efektif. “Arus kas dari hasil divestasi juga akan bisa digunakan untuk mengembangkan bisnis inti,” ujarnya kepada Kontan, Selasa (18/11/2025).
Senior Equity Research Kiwoom Sekuritas, Sukarno Alatas, melihat bahwa divestasi CRI dan PPIN akan memberikan injeksi kas sekitar Rp 1,69 triliun kepada PTPP. Jumlah ini dinilai cukup signifikan untuk memperbaiki likuiditas PTPP yang tertekan sepanjang tahun 2025. “Ini menjadi katalis utama jangka pendek, meskipun tidak langsung memperbaiki profitabilitas, karena PTPP melepas aset yang sebelumnya berkontribusi pada laba,” ujarnya kepada Kontan, Selasa.
Prospek dan Rekomendasi Saham PTPP
Andhika Cipta Labora menilai bahwa kinerja emiten BUMN Karya, termasuk PTPP, akan membaik seiring dengan potensi penurunan suku bunga Bank Indonesia (BI) yang didorong oleh ekspektasi pemangkasan suku bunga The Fed. Hal ini akan berdampak positif karena beban bunga utang akan turun, sehingga kinerja perusahaan dapat membaik. Selain itu, adanya stimulus pemerintah untuk mendukung pertumbuhan ekonomi juga menjadi sentimen positif bagi sektor konstruksi. “Sebab, apabila ekonomi kembali bergairah maka pembangunan konstruksi akan berpeluang untuk meningkat,” katanya. Proses merger BUMN Karya juga diharapkan memberikan dampak positif bagi PTPP karena akan meningkatkan efektivitas dalam perolehan kontrak dan efisiensi operasional. Andhika merekomendasikan buy on weakness untuk saham PTPP dengan target harga Rp 420 per saham.
Sukarno Alatas memproyeksikan bahwa kinerja PTPP pada tahun 2026 akan mengarah pada pemulihan bertahap, didukung oleh likuiditas yang lebih sehat dan fokus kembali pada bisnis inti. Meskipun demikian, tekanan kinerja pada tahun 2025, ketatnya kompetisi tender, serta hilangnya kontribusi laba dari aset yang dijual tetap menjadi risiko yang perlu diperhatikan. “Rencana merger BUMN Karya masih belum pasti tetapi potensial positif jika memberi efisiensi, namun bisa negatif bila struktur konsolidasi membebani PTPP,” tuturnya.
Dari sisi valuasi, saham PTPP saat ini berada pada price to book value (PBV) yang sangat rendah, yaitu di level 0,19x. Namun, pasar masih menunggu kepastian eksekusi divestasi, penggunaan dana (idealnya untuk menurunkan utang), serta arah backlog dan margin setelah restrukturisasi. “Investor perlu mencermati apakah divestasi menghasilkan gain jangka pendek saja atau benar-benar memperbaiki kinerja inti,” kata Sukarno. Sukarno merekomendasikan hold atau buy untuk saham PTPP dengan target harga 12 bulan Rp 450 – Rp 500 per saham.
Ringkasan
PT PP Tbk (PTPP) sedang menjalankan divestasi aset senilai Rp 1,69 triliun dengan melepas kepemilikan saham di PT PP Infrastruktur (PPIN) dan PT Celebes Railway Indonesia (CRI). Penjualan 81% saham PPIN diharapkan menghasilkan Rp 1,41 triliun dan akan mengurangi kepemilikan PTPP menjadi 18,15%. Divestasi 47,81% saham CRI diperkirakan bernilai Rp 282,1 miliar dan merupakan bagian dari strategi “Back to Core” PTPP untuk fokus pada bisnis inti.
Dana dari divestasi akan digunakan untuk memperkuat operasional dan mengembangkan bisnis inti. Analis melihat divestasi ini positif karena meningkatkan fokus dan likuiditas, meskipun ada risiko hilangnya kontribusi laba dari aset yang dijual. Rekomendasi saham PTPP bervariasi, dengan target harga antara Rp 420 hingga Rp 500 per saham, tergantung pada kepastian eksekusi divestasi dan dampaknya terhadap kinerja perusahaan.








