News Stream Pro JAKARTA. Pasar kripto menunjukkan sinyal positif dengan momentum penguatan yang berkelanjutan. Arah kebijakan suku bunga dari bank sentral Amerika Serikat, Federal Reserve (The Fed), diperkirakan akan menjadi faktor penentu utama pergerakan pasar kripto ke depannya.
Berdasarkan data dari Coinmarketcap pada hari Selasa, 28 Oktober 2025, pukul 20.38 WIB, harga Bitcoin (BTC) mengalami kenaikan sebesar 0,23% dalam 24 jam terakhir, mencapai US$ 115.044. Dalam periode satu minggu, aset kripto dengan kapitalisasi pasar terbesar ini telah mencatatkan penguatan sebesar 5,69%.
Tren positif juga terlihat pada Ethereum (ETH), yang mengalami kenaikan harian sebesar 0,06% dan mingguan sebesar 6,42%, sehingga mencapai harga US$ 4.144.
Fahmi Almuttaqin, seorang analis kripto dari Reku, menyoroti bahwa ekspektasi pasar terhadap The Fed yang diperkirakan akan kembali menurunkan suku bunga acuan pada pekan ini, mendorong masuknya dana ke aset-aset berisiko, termasuk aset kripto.
Sentimen positif ini didukung oleh aksi akumulasi aset kripto oleh institusi. Koreksi signifikan yang sempat menekan kapitalisasi pasar kripto hingga sekitar US$ 3,53 triliun pada 17 Oktober lalu, menciptakan peluang bagi investor institusi untuk mengakumulasi BTC, ETH, dan beberapa altcoin utama.
“Aset kripto saat ini berada pada harga yang lebih menarik untuk dibeli, seiring dengan berkurangnya tekanan jual,” jelas Fahmi dalam keterangannya.
Aliran dana kembali memasuki pasar kripto setelah periode penurunan tajam. ETF BTC dan ETH spot mencatatkan total net inflow masing-masing sekitar US$ 477 juta dan US$ 141 juta pada perdagangan 21 Oktober 2025, menandakan kepercayaan investor yang kembali pulih. Momentum ini bisa menjadi indikasi awal siklus ekspansi kripto berikutnya di tahun 2026.
Untuk pekan ini, beberapa sentimen penting perlu dicermati oleh para pelaku pasar. Keputusan suku bunga dan proyeksi ekonomi yang akan dirilis oleh The Fed akan menjadi fokus utama. Investor global menunjukkan optimisme, yang tercermin dari kapitalisasi pasar kripto yang menembus US$ 3,89 triliun.
“Jika The Fed memberikan sinyal dovish atau secara tegas mengindikasikan penurunan suku bunga lanjutan di bulan Desember, hal ini berpotensi memicu gelombang risk-on baru,” terang Fahmi.
Fahmi memprediksi bahwa jika skenario bullish terjadi, Bitcoin berpotensi untuk menembus (breakout) dari kisaran harga US$ 120.000-US$ 125.000. Namun, jika The Fed lebih berhati-hati dalam kebijakannya, Bitcoin berpotensi kembali mengalami penurunan hingga ke level US$ 108.000.
Melihat potensi keuntungan yang besar, penting juga untuk diingat bahwa investasi di pasar kripto juga mengandung risiko yang signifikan. Investor perlu memastikan keamanan dan kecepatan platform yang digunakan untuk bertransaksi. Tingkat kepercayaan masyarakat terhadap aset kripto tercermin dari transaksi kripto di Indonesia yang menembus Rp 446 triliun.
“Investor perlu memilih bursa kripto dengan eksekusi cepat seperti Reku dengan proses pembelian, penjualan, dan penarikan keuntungan yang dapat dilakukan dalam hitungan detik,” tandasnya.
Ringkasan
Pasar kripto menunjukkan penguatan, dengan Bitcoin (BTC) dan Ethereum (ETH) mencatatkan kenaikan harian dan mingguan. Kebijakan suku bunga The Fed menjadi faktor kunci penentu arah pasar ke depan, dengan ekspektasi penurunan suku bunga mendorong masuknya dana ke aset berisiko.
Institusi melakukan akumulasi aset kripto setelah koreksi pasar. ETF BTC dan ETH spot mencatatkan net inflow positif, menandakan pulihnya kepercayaan investor. Keputusan suku bunga The Fed akan menjadi fokus utama, dengan sinyal dovish berpotensi memicu gelombang risk-on baru, meski risiko investasi kripto tetap perlu diperhatikan.








