Menteri Investasi/Kepala BKPM, Rosan Roeslani, mengungkapkan ambisi besar Indonesia untuk mencapai pertumbuhan ekonomi 8% pada tahun 2029. Guna merealisasikan target tersebut, Indonesia membutuhkan lonjakan investasi yang signifikan, mencapai Rp 13.032,8 triliun dalam kurun waktu 2025-2029. Angka fantastis ini setara dengan 143% dari total investasi yang berhasil dihimpun dalam satu dekade terakhir.
Rosan menjelaskan bahwa target ambisius yang dicanangkan oleh Presiden Prabowo Subianto ini memerlukan pertumbuhan investasi rata-rata sebesar 15,67% per tahun. Jika dibandingkan dengan capaian investasi periode 2014-2024 yang mencapai Rp 9.912 triliun, maka target investasi untuk periode 2025-2029 mengalami kenaikan sekitar 43% hanya dalam rentang waktu lima tahun. Hal ini disampaikan Rosan dalam rapat kerja bersama Komisi XII DPR pada Kamis, 4 September 2025.
Proyeksi dari Kementerian Investasi menunjukkan pertumbuhan investasi akan terjadi secara bertahap, dimulai dari 5,30% pada tahun 2025 hingga mencapai puncak 8% pada tahun 2029.
Lebih lanjut, Rosan memaparkan proyeksi pertumbuhan ekonomi dan realisasi investasi tahunan. Pada tahun 2026, pertumbuhan ekonomi diperkirakan mencapai 6,30% dengan total realisasi investasi sebesar Rp 2.175,2 triliun. Tahun berikutnya, 2027, pertumbuhan ekonomi ditargetkan 7,50% dengan realisasi investasi mencapai Rp 2.567,4 triliun. Target pertumbuhan ekonomi terus meningkat menjadi 7,70% pada tahun 2028 dengan realisasi investasi sebesar Rp 2.969,6 triliun, hingga akhirnya mencapai target 8% pada tahun 2029 dengan total realisasi investasi sebesar Rp 3.414,8 triliun.
Menurut Chief Executive Officer (CEO) Danantara ini, peran investasi dalam mendorong perekonomian semakin krusial. Meskipun konsumsi rumah tangga masih mendominasi sebagai motor utama dengan kontribusi sekitar 54% terhadap PDB, investasi kini menyumbang 8% secara langsung dan berkontribusi signifikan hingga 40% terhadap pertumbuhan ekonomi kuartal kedua yang mencapai 5,12%.
“Peningkatan investasi diharapkan dapat memberikan dampak positif yang nyata, seperti penciptaan lapangan kerja yang lebih luas, peningkatan daya beli masyarakat, serta penguatan ekspor nasional. Hal ini menjadi kunci untuk mewujudkan visi Indonesia Emas 2045,” tegasnya.
Kementerian Investasi dan Hilirisasi BKPM, lanjut Rosan, memiliki mandat penting untuk mengawal agenda hilirisasi industri, menciptakan iklim investasi yang kondusif, memperluas lapangan kerja, dan memperkuat kemandirian nasional. Ia menegaskan bahwa kementeriannya akan terus berupaya untuk mencapai target-target yang telah ditetapkan oleh pemerintah.
“Pada tahun 2025 saja, realisasi investasi sudah menunjukkan kinerja yang melampaui target. Ke depan, pencapaian yang lebih tinggi harus kita jaga bersama agar target pertumbuhan ekonomi 8% benar-benar dapat tercapai,” pungkasnya.
Sejalan dengan upaya peningkatan investasi ini, faktor lain seperti pasokan energi juga memegang peranan penting. Belakangan ini, isu terkait pasokan bensin di SPBU swasta yang tersendat menjadi perhatian. Hal ini menggarisbawahi pentingnya menjaga stabilitas dan kelancaran berbagai sektor pendukung untuk memastikan iklim investasi yang kondusif dan berkelanjutan.
Ringkasan
Pemerintah menargetkan investasi sebesar Rp 13.032,8 triliun dari 2025 hingga 2029 untuk mencapai pertumbuhan ekonomi 8% pada 2029. Target ini membutuhkan pertumbuhan investasi rata-rata 15,67% per tahun, jauh di atas capaian periode 2014-2024. Proyeksi menunjukkan pertumbuhan investasi bertahap, dimulai dari 5,30% pada 2025 hingga puncaknya di 8% pada 2029.
Realisasi investasi diproyeksikan mencapai Rp 2.175,2 triliun (2026), Rp 2.567,4 triliun (2027), Rp 2.969,6 triliun (2028), dan Rp 3.414,8 triliun (2029). Investasi dinilai krusial untuk pertumbuhan ekonomi, memberikan dampak positif seperti penciptaan lapangan kerja dan peningkatan ekspor. Pemerintah berkomitmen untuk mencapai target ini dengan menjaga iklim investasi yang kondusif.








