News Stream Pro JAKARTA. Rencana pemerintah untuk memperketat kewajiban Domestic Market Obligation (DMO) batubara mulai tahun 2026 telah menimbulkan kekhawatiran serius di pasar, berpotensi menekan kinerja emiten-emiten di sektor ini. Sentimen negatif kian kuat mengingat wacana ini muncul di tengah tren pelemahan harga batubara global dan rencana pemerintah untuk memangkas produksi nasional.
Di tengah lanskap yang penuh ketidakpastian tersebut, sejumlah analis terkemuka merilis rekomendasi terbaru mereka untuk saham-saham batubara. Fokus utama mereka tertuju pada emiten yang dinilai memiliki katalis positif dari upaya diversifikasi usaha dan ekspansi ke sektor energi baru dan terbarukan, sebagai strategi mitigasi risiko di masa depan.
Investor yang telah mencermati dinamika pasar dan peluang penguatan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) serta rekomendasi saham dari MNC Sekuritas pada Senin (1/12) sebelumnya, kini dapat membandingkan analisis tersebut dengan ulasan komprehensif mengenai saham sektor batubara. Berikut adalah rekomendasi saham batubara yang patut disimak untuk perdagangan Senin (8/12/2025).
1. PT. Alamtri Resources Indonesia Tbk (ADRO)
Sepanjang sembilan bulan pertama tahun 2025, pendapatan PT Alamtri Resources Indonesia Tbk (ADRO) tercatat sebesar US$ 1,3 miliar, mengalami penurunan 13% secara tahunan (YoY). Sementara itu, laba bersih perusahaan pada periode Januari-September 2025 mencapai US$ 302 juta, anjlok hingga 75% YoY.
Meskipun demikian, potensi pertumbuhan ADRO ke depan diproyeksikan bertumpu kuat pada ekspansi energi terbarukan. Proyek-proyek ambisius yang sedang digarap mencakup Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) berkapasitas 1,3 GW, Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) sebesar 0,4 GW, serta fasilitas smelter aluminium berkapasitas 50 ktpa. Seluruh proyek ini dijadwalkan akan mulai beroperasi secara bertahap sejak tahun 2026. Yang menarik, proyek PLTS ADRO diperkirakan akan mengekspor listrik ke Singapura dengan tarif sekitar US$0,25/kWh, sebuah premium signifikan dibandingkan tarif domestik di Indonesia. Dengan prospek ini, Andreas Yordan Tarigan, Analis Sucor Sekuritas, merekomendasikan Buy untuk saham ADRO dengan target harga Rp 3.800.
2. PT. Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG)
PT Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG) mencatatkan pendapatan sebesar US$ 1,37 miliar hingga September 2025, melorot 17,47% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Laba bersih perusahaan juga terkoreksi tajam, menjadi US$ 130,59 juta, anjlok 52,17% dari capaian US$ 273,01 juta pada sembilan bulan pertama tahun 2024.
Di tengah penurunan kinerja, ITMG mulai menunjukkan langkah konkret untuk mengurangi ketergantungan pada bisnis batubara. Perusahaan ini telah mengakuisisi sebagian saham PT Adhi Kartiko Pratama Tbk (NICE), sebuah entitas yang bergerak di industri pertambangan nikel, dan membuka peluang untuk meningkatkan kepemilikan sahamnya di masa mendatang. Upaya diversifikasi ini menjadi sinyal positif. Erinda Krisnawan dan Kafi Ananta, Analis BRI Danareksa Sekuritas, merekomendasikan Buy untuk ITMG dengan target harga Rp 27.300.
ITMG Chart by TradingView
3. PT. Bukit Asam Tbk (PTBA)
Berbeda dengan beberapa emiten lain, PT Bukit Asam Tbk (PTBA) berhasil mencatat pendapatan sebesar Rp 31,3 triliun hingga akhir September 2025, tumbuh 2% secara tahunan. Laba bersih PTBA pada periode yang sama juga tercatat Rp 1,4 triliun.
Komitmen PTBA terhadap keberlanjutan terlihat jelas melalui anak usahanya, PT Bukit Energi Investama, yang terus memperluas portofolio energi terbarukan. Pada 17 Juni 2025, PTBA meresmikan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) Timah Industri berkapasitas 303,1 kWp di Kawasan Industri Cilegon. Kolaborasi strategis dengan Krakatau Chandra Energy dan Timah Industri ini berhasil meningkatkan kapasitas terpasang PLTS PTBA menjadi 1 MWp, menegaskan langkah perusahaan menuju model bisnis yang lebih ramah lingkungan. Dengan prospek ini, Arief Machrus, Kepala Riset Ina Sekuritas, merekomendasikan Add untuk PTBA dengan target harga Rp 2.640.
4. PT. United Tractors Tbk (UNTR)
PT United Tractors Tbk (UNTR) membukukan pendapatan bersih sebesar Rp 100,5 triliun sepanjang Januari-September 2025, naik 1% dibandingkan periode yang sama tahun 2024 yang sebesar Rp 99,6 triliun. Namun, laba bersih perusahaan mengalami penurunan 26% YoY menjadi Rp 11,5 triliun.
Kinerja UNTR menunjukkan upaya diversifikasi yang efektif. Perusahaan ini mencatat kenaikan volume penjualan emas, memanfaatkan tingginya harga komoditas tersebut. Selain itu, produksi nikel yang stabil dari segmen pertambangan non-batubara juga meningkat signifikan, membantu menahan penurunan kinerja di segmen lain. UNTR juga semakin memperkuat posisinya di sektor ini dengan mengakuisisi tambang emas baru di Doup, yang produksi diperkirakan akan dimulai pada tahun 2028 dengan target volume tahunan antara 140-155 ribu troy ons. Mempertimbangkan dinamika ini, Axell Ebenhaezer, Analis NH Korindo Sekuritas, merekomendasikan Hold untuk UNTR dengan target harga Rp 28.600.
Sebagai tambahan bagi investor yang senantiasa mencari peluang, penting untuk tidak hanya fokus pada satu sektor. Ulasan saham harian yang mencakup emiten seperti MINA, ENRG, BRMS, EMTK, RATU, dan WIFI yang pernah dibagikan pada Kamis (4/12), serta analisis mendalam mengenai sektor properti termasuk saham-saham seperti BSDE, PWON, CTRA, dan SMRA yang dibahas pada Senin (1/12/2025), memberikan gambaran menyeluruh tentang berbagai potensi di pasar modal.










