JAKARTA – Bursa Efek Indonesia (BEI) menunjukkan komitmen kuat untuk memberantas peredaran saham ‘gorengan’ di pasar modal. Langkah ini merupakan respons terhadap pernyataan Menteri Keuangan, Purbaya Yudhi Sadewa, yang menekankan pentingnya pengawasan yang lebih ketat terhadap aktivitas di bursa.
I Gede Nyoman Yetna, Direktur Penilaian Perusahaan BEI, menjelaskan bahwa pihaknya akan memperketat aturan bagi perusahaan yang berencana untuk mencatatkan sahamnya di bursa. Tujuannya adalah untuk memastikan transaksi yang adil dan wajar bagi para investor, setelah perusahaan tersebut resmi menjadi perusahaan tercatat.
“Kami akan memastikan bahwa calon perusahaan tercatat memiliki ukuran yang sizeable dan free float yang memadai. Dengan jumlah saham yang cukup untuk ditransaksikan publik, kami berharap likuiditas dapat terjaga. Hal ini akan menciptakan harga dan transaksi yang wajar,” tegas Nyoman saat ditemui di Gedung BEI, Jumat (17/10/2025).
Meskipun demikian, Nyoman menegaskan bahwa BEI tidak akan membuat peraturan baru dalam upaya ini. Ia menjelaskan bahwa peraturan yang ada akan terus ditingkatkan efektivitasnya. “Memang sudah ada peraturannya dan kita akan tingkatkan,” ujarnya.
Sebelumnya, Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa menyatakan bahwa pemerintah belum akan memberikan insentif kepada pasar modal sebelum masalah saham gorengan dapat diatasi.
“Tadi Direktur Bursa juga minta insentif terus yang belum saya kasih. Jadi, saya bilang akan saya berikan insentif kalau sudah merapikan perilaku investor di pasar modal,” kata Purbaya saat berada di Gedung BEI, Jakarta, Kamis (9/10/2025). Purbaya menekankan bahwa BEI harus mampu mengendalikan peredaran saham gorengan agar investor kecil dapat terlindungi dari praktik-praktik yang merugikan.
Selain fokus pada penertiban saham gorengan, BEI juga menjalin komunikasi dengan Danantara terkait rencana Initial Public Offering (IPO) perusahaan-perusahaan di bawah naungan sovereign wealth fund tersebut. Namun, hingga tahun 2025, Nyoman memastikan belum ada rencana konkret dari perusahaan pelat merah di bawah Danantara untuk melantai di bursa.
“Saat ini kami di Bursa sudah berhubungan dengan Danantara, artinya meminta agar mendapatkan support dari Danantara. Tentunya Danantara punya proses dan prosedur, dan juga punya target dan kita tunggu dari Danantara. Saat ini di pipeline belum ada,” tegas Nyoman.
Pernyataan ini sejalan dengan pandangan Chief Investment Officer (CIO) Danantara Indonesia, Pandu Sjahrir, yang menyatakan komitmen sovereign wealth fund untuk berkontribusi dalam pengembangan pasar modal Indonesia, baik dari sisi penawaran (supply) maupun permintaan (demand).
“Dari sisi supply, memang kami ingin perusahaan-perusahaan yang ada dalam Danantara siap untuk masuk menjadi emiten yang baik di bursa,” ujarnya dalam Opening Ceremony dan Seminar Utama Capital Market Summit & Expo (CMSE) 2025 di Gedung Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Jumat (17/10/2025). Kolaborasi antara BEI dan bursa regional lain, seperti Bursa Singapura (SGX), juga terus dijajaki, dengan tiga saham blue chip Indonesia yang masuk ke dalam produk SDR (Singapore Depository Receipt).
Disclaimer: Berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.
Ringkasan
Bursa Efek Indonesia (BEI) memperketat aturan untuk calon perusahaan tercatat sebagai respons terhadap pernyataan Menteri Keuangan terkait saham gorengan. Pengetatan difokuskan pada ukuran perusahaan (sizeable) dan jumlah saham yang beredar (free float) untuk menjaga likuiditas dan menciptakan transaksi yang wajar. BEI juga menegaskan akan meningkatkan efektivitas peraturan yang sudah ada.
Selain penertiban saham gorengan, BEI menjalin komunikasi dengan Danantara terkait potensi IPO perusahaan-perusahaan di bawah sovereign wealth fund tersebut. Sementara itu, BEI juga menjajaki kolaborasi dengan bursa regional seperti Bursa Singapura (SGX), dengan tiga saham blue chip Indonesia yang masuk ke dalam produk SDR.








