News Stream Pro – Delapan tahun telah berlalu sejak kepergian Khoirul Huda, penjaga gawang legendaris Persela Lamongan. Namun, nama dan kisah hidupnya tetap terpatri dalam ingatan para pencinta sepak bola Indonesia. Baru-baru ini, publik kembali tersentuh oleh kabar mengenai perjuangan istri almarhum dalam menopang kehidupan keluarga dengan berjualan pisang.
Kisah ini pertama kali mencuat melalui unggahan di Facebook oleh akun bernama Fera Astrid, yang menyampaikan pesan singkat nan menyentuh. Dalam unggahannya, Fera menulis, “Istri almarhum Khoirul Huda pemain Persela, kalau kalian lewat sini tolong dilarisi ya. Sekarang jualan pisang Cavendish di belakang Pemkab Lamongan.” Unggahan ini dengan cepat menyebar luas di media sosial dan menuai beragam reaksi dari warganet.
Banyak warganet yang terkejut sekaligus merasa iba, mengingat jasa besar almarhum bagi sepak bola Indonesia, khususnya Persela Lamongan. Akun Facebook bernama Sigit Git menulis, “Semoga jualanya laris manis dan menjadi rizqi yg barokah buat keluarganya…Aamiin YRA”. Komentar senada juga datang dari akun Septian Wh Bairoed, “Ayo ramaikan jualannya dengan cara membeli dagangannya. Kita niat menghargai seorang pejuang Persela Lamongan Alfatekah kagem cak huda”. Realita bahwa keluarga sang legenda kini menghadapi kesulitan ekonomi, menjadi ironi yang menyentuh hati.
Khoirul Huda, sosok yang dikenal karena kesetiaannya, menghabiskan seluruh karier profesionalnya hanya untuk satu klub, Persela Lamongan, dari tahun 1999 hingga akhir hayatnya pada tahun 2017. Selama hampir dua dekade, Huda telah tampil sebanyak 503 kali bersama tim berjuluk Laskar Joko Tingkir tersebut.
Sebelum kita melanjutkan kisah perjuangan keluarga Khoirul Huda, mari kita tengok inspirasi yang didapatkan bintang Persela Lamongan, Jonathan Bustos, dari Lionel Messi hingga membuatnya membuat tato di kaki kirinya. Dedikasi dan kecintaan pada sepak bola memang bisa diwujudkan dalam berbagai cara.
Pria kelahiran Lamongan, 2 Juni 1979 ini, juga pernah dipanggil untuk memperkuat Timnas Indonesia dalam laga kualifikasi Piala Asia 2015 melawan Tiongkok. Meskipun tidak sempat bermain, Huda tetap diakui sebagai salah satu kiper terbaik yang pernah dimiliki Indonesia.
Namun, takdir berkata lain. Pada tanggal 15 Oktober 2017, tragedi terjadi saat Persela menjamu Semen Padang dalam lanjutan Liga 1. Dalam pertandingan tersebut, Huda mengalami benturan dengan rekan setimnya, Ramon Rodrigues, bek asal Brasil. Benturan keras di bagian dada dan rahang bawah menyebabkan hipoksia, kondisi kekurangan oksigen, yang akhirnya merenggut nyawanya di rumah sakit.
Kepergiannya meninggalkan duka mendalam, bukan hanya bagi keluarga, tetapi juga bagi seluruh pendukung Persela dan masyarakat Lamongan. Sebagai bentuk penghargaan atas dedikasi dan kesetiaannya, Pemerintah Kabupaten Lamongan memberikan status Pegawai Negeri Sipil (PNS) kepada almarhum Huda sejak 2002 dengan golongan IIc.
Walaupun keluarga almarhum masih menerima uang pensiun setiap bulannya, kondisi ekonomi tampaknya tetap menjadi tantangan berat. Kini, sang istri berusaha bertahan dengan berjualan pisang Cavendish di kawasan belakang Kantor Pemkab Lamongan.
Sebelumnya, Kendal Tornado FC sempat melayangkan protes kepada PSSI terkait keputusan wasit yang menganulir gol Patrick Cruz saat melawan Persela. Insiden ini menambah panjang daftar kontroversi dalam dunia sepak bola nasional. Namun, di balik kontroversi tersebut, ada kisah perjuangan yang lebih menyentuh dari keluarga seorang legenda.
Meski sederhana, usaha kecil itu menjadi bukti ketegaran dan kerja keras seorang istri yang berjuang sendiri demi kelangsungan hidup keluarga. Unggahan tentangnya memicu gelombang empati dari masyarakat. Banyak warganet menyerukan dukungan agar warga sekitar maupun para penggemar Persela mau membantu dengan membeli dagangannya. Tak sedikit pula yang mengusulkan agar klub Persela maupun pemerintah setempat kembali memberikan perhatian lebih kepada keluarga legenda tersebut. Kinerja wasit dalam laga Kendal Tornado vs Persela Lamongan yang menjadi sorotan akibat menganulir gol sundulan Patrick Cruz, seolah menjadi kontras dengan perjuangan gigih keluarga almarhum Khoirul Huda di balik layar.
Kisah ini menjadi pengingat bahwa di balik sorotan gemerlap dunia sepak bola, ada kehidupan nyata yang harus terus berjalan setelah peluit panjang dibunyikan. Meski Khoirul Huda telah tiada, semangatnya yang penuh dedikasi dan kesetiaan masih hidup dalam hati para pendukung Persela dan kini, melalui perjuangan istrinya, semangat itu kembali menyala dalam bentuk yang berbeda: keteguhan untuk bertahan.
Ringkasan
Delapan tahun setelah kepergian Khoirul Huda, penjaga gawang legendaris Persela Lamongan, istrinya berjuang menopang keluarga dengan berjualan pisang Cavendish. Kabar ini menyentuh hati warganet setelah diunggah di media sosial, yang menunjukkan sang istri berjualan di belakang Pemkab Lamongan.
Meskipun almarhum Huda menerima status PNS dan keluarga menerima uang pensiun, kondisi ekonomi tetap menjadi tantangan. Perjuangan istri Huda ini menjadi pengingat tentang kehidupan nyata di balik gemerlap sepak bola, dan memicu empati serta dukungan dari masyarakat untuk membantu usahanya.








