JAKARTA – Otoritas berwenang telah mengidentifikasi Tyler Robinson, seorang pria berusia 23 tahun asal Utah, sebagai tersangka pelaku pembunuhan aktivis konservatif Charlie Kirk. Identifikasi ini bermula ketika seorang anggota keluarga mengenali Robinson dari foto-foto yang disebarkan oleh FBI dan kemudian menyerahkannya kepada pihak berwajib.
Kepolisian secara resmi mengonfirmasi identitas Robinson pada hari Jumat dan menyatakan bahwa ia telah ditahan. Hingga saat ini, motif di balik penembakan tersebut masih belum diungkapkan. “Penyelidikan masih berlangsung,” demikian pernyataan otoritas setempat.
Charlie Kirk, pendiri Turning Point USA dan tokoh terkemuka di kalangan sayap kanan Amerika, tewas akibat ditembak pada tanggal 10 September lalu di Orem, Utah.
Dalam konferensi pers yang diadakan pada hari Jumat, Gubernur Utah, Spencer Cox, mengungkapkan bahwa seorang kerabat Robinson memberi tahu penyidik bahwa tersangka menunjukkan kecenderungan politik yang semakin kuat dalam beberapa tahun terakhir. Lebih lanjut, kerabat tersebut mengatakan bahwa Robinson secara khusus mengarahkan kemarahannya kepada Charlie Kirk.
Otoritas yang hadir dalam konferensi pers tersebut menyebut pembunuhan ini sebagai “tindakan politik.” Petugas menemukan senapan dan selongsong peluru di ujung utara Campus Drive di Utah Valley University, dengan tulisan slogan-slogan anti-fasis tertera padanya.
Salah satu tulisan berbunyi, “Hei fasis! Tangkap!”. Tulisan lainnya merujuk pada lagu perlawanan Italia, “Bella Ciao,” yang mengisyaratkan pergeseran ideologis yang sebelumnya telah digambarkan oleh keluarganya. Laporan yang dibagikan oleh Spencer Cox juga menyebutkan tulisan lain yang berbunyi, “Kalau kamu baca ini, kamu gay, LMAO.”
Pengungkapan identitas tersangka ini sontak memicu kehebohan di media sosial. Ribuan pengguna membagikan foto masa kecil Robinson, dugaan afiliasi politiknya, serta detail tentang keluarganya.
Menyusul kematian Kirk, beberapa sekutunya, termasuk mantan Presiden Donald Trump, tanpa bukti, menyalahkan “kaum kiri radikal” atas penembakan tersebut. Narasi ini dengan cepat menyebar di kalangan media konservatif.
Namun, dengan terungkapnya nama dan latar belakang Robinson, perdebatan online mengalami pergeseran. Banyak pengguna yang menyoroti bahwa profil tersangka tidak sesuai dengan gambaran yang disebarkan oleh sejumlah tokoh politik beberapa jam setelah serangan.
Pembunuhan Charlie Kirk juga memperuncing perdebatan mengenai pengendalian senjata api dan kekerasan. Banyak pengguna media sosial membagikan foto-foto Robinson dan keluarganya, serta menyoroti bagaimana ia diperkenalkan dengan senjata api sejak usia dini.
Pada hari Jumat, Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, dalam sebuah wawancara di Fox, menyinggung tentang gerakan Islam garis keras.
“Ini adalah masalah dunia. Orang-orang ekstrem, kaum Islamis… kaum Islamis radikal dan persatuan mereka dengan kaum ultra-progresif, mereka sering berbicara tentang hak asasi manusia. Mereka berbicara tentang kebebasan berbicara. Tetapi mereka menggunakan kekerasan untuk mencoba menjatuhkan musuh-musuh mereka,” ujarnya, sambil menyinggung pembunuhan Charlie Kirk dan menyampaikan belasungkawa.
Namun, dengan terungkapnya identitas tersangka pembunuh, banyak warganet mengungkapkan kemarahan mereka kepada Netanyahu. Mereka mengkritik wacana umum yang terlalu cepat menyalahkan Muslim atau imigran setiap kali terjadi serangan semacam ini.
Ribuan akun media sosial menggunakan frasa serupa: “Bukan Kulit Hitam. Bukan Transgender. Bukan Muslim. Bukan Imigran. Bukan Demokrat,” saat membahas Robinson, mencerminkan kemarahan atas kecenderungan menyalahkan imigran atau Muslim atas serangan semacam itu.
Banyak pihak berpendapat bahwa kasus ini menyoroti betapa terpolarisasinya perdebatan politik di Amerika Serikat.
Beberapa juga berpendapat bahwa Robinson sesuai dengan citra “orang MAGA yang sempurna,” dan ironisnya, ia, yang berasal dari keluarga Kristen dengan nilai-nilai yang tampaknya konservatif, justru menjadi tersangka dalam pembunuhan seorang tokoh konservatif yang sangat berpengaruh.
Dengan penahanan Robinson, para pejabat diperkirakan akan merilis lebih banyak detail dalam beberapa hari mendatang, termasuk kemungkinan dakwaan. Untuk saat ini, kasus tersebut telah memicu kembali diskusi tentang kekerasan politik dan misinformasi.
Sebagai informasi tambahan, Charlie Kirk dikenal memiliki pandangan kontroversial. Ia berpendapat bahwa Islam tidak sesuai dengan nilai-nilai kebaratan. Menurutnya, Islam di AS telah bersekongkol dengan gerakan kiri untuk menjatuhkan Eropa dan AS.
“Islam adalah pedang yang digunakan kaum kiri untuk menggorok leher Amerika,” tulisnya dalam sebuah unggahan media sosial pada hari Selasa, sehari sebelum ia ditembak.
Ia juga menyatakan bahwa Islam tidak menganut kebebasan berbicara. “Islam tidak menganut kebebasan beragama, dan Islam tidak menganut pemisahan masjid dan negara,” kata Kirk menambahkan.
Kirk bahkan pernah membandingkan Nabi Muhammad dengan pelaku kejahatan seksual anak, Jeffrey Epstein, merujuk pada pernikahan Nabi dengan Aisyah di usia muda.
Ringkasan
Tyler Robinson, pria berusia 23 tahun asal Utah, telah diidentifikasi sebagai tersangka pembunuh aktivis konservatif Charlie Kirk. Identifikasi dilakukan setelah seorang anggota keluarga mengenali Robinson dari foto yang disebarkan FBI dan menyerahkannya kepada pihak berwajib. Hingga kini, motif penembakan masih belum diungkapkan, namun kerabat tersangka menyebut Robinson menunjukkan kecenderungan politik yang kuat dan kemarahan terhadap Charlie Kirk.
Terungkapnya identitas tersangka memicu perdebatan di media sosial, terutama terkait narasi yang sebelumnya menyalahkan “kaum kiri radikal.” Kasus ini juga menyoroti perdebatan tentang pengendalian senjata api, kekerasan politik, dan tuduhan tanpa dasar terhadap kelompok tertentu. Kritik juga diarahkan kepada Benjamin Netanyahu yang menyinggung gerakan Islam garis keras, dianggap terburu-buru menyalahkan Muslim atas serangan tersebut.








