Kepolisian Daerah Metro Jaya mengungkap detail di balik kematian Muhamad Ilham Pradipta, Kepala Kantor Cabang Pembantu (KCP) BRI Cempaka Putih. Salah satu poin penting yang terungkap adalah dugaan penyebab kematian korban.
Direktur Reserse Kriminal Umum Polda Metro Jaya, Komisaris Besar Wira Satya Triputra, menyatakan bahwa korban diduga kuat tewas akibat kekerasan. “Ditemukan kekerasan benda tumpul di bagian leher korban,” ungkap Kombes Pol. Wira pada Selasa, 15 September 2025.
Kekerasan pada leher tersebut mengakibatkan gangguan pada pembuluh nadi besar, yang berakibat fatal dengan menghambat pernapasan korban. “Sehingga, kondisi ini menyebabkan korban mengalami mati lemas,” jelas Wira dalam konferensi pers.
Meski demikian, pihak kepolisian masih belum dapat memastikan apakah kekerasan tersebut menjadi penyebab utama kematian Ilham Pradipta. Kepolisian masih menunggu hasil pemeriksaan toksikologi untuk memastikan penyebab pasti kematian korban.
Seperti yang diketahui, Muhammad Ilham Pradipta menjadi korban komplotan pencuri rekening dormant. Jasadnya ditemukan di Desa Nagasari, Kabupaten Bekasi, pada hari Rabu, 20 Agustus 2025, sehari setelah ia diculik oleh para pelaku di kawasan Jakarta Timur. Kisah tragis ini bermula dari sebuah perencanaan jahat dan berujung pada hilangnya nyawa seorang profesional.
Untuk memahami lebih jauh rangkaian kejadian yang menimpa Ilham Pradipta, mari kita telusuri kronologi penculikan dan pembunuhan kepala cabang pembantu BRI tersebut.
Kepala Sub Direktorat Kejahatan dan Kekerasan Polda Metro Jaya, AKBP Abdul Rahim, mengungkapkan bahwa korban sempat mengalami penganiayaan oleh para pelaku. “Sempat terjadi pemukulan di dalam mobil,” terang Abdul kepada wartawan.
Abdul menjelaskan, pemukulan tersebut dilakukan oleh tim penculik yang bertugas mengamankan korban. Menurutnya, Ilham Pradipta dipukuli hingga tak berdaya karena berusaha melawan dan menolak mengikuti perintah para pelaku.
Setelah korban dalam kondisi lemah, para pelaku mengikat tangan dan kaki korban serta menutup mulutnya dengan lakban. “Bahkan ketika dipindahkan ke mobil lain, korban masih melakukan perlawanan sehingga kembali dipukul,” lanjut Abdul.
Para pelaku kemudian membuang korban yang sudah sangat lemas di sebuah lahan kosong pada tengah malam. Pagi harinya, jenazah Ilham Pradipta ditemukan oleh warga sekitar dalam kondisi tangan dan kaki terikat.
Dalam pengungkapan kasus ini, kepolisian mengidentifikasi adanya empat klaster pelaku pembunuhan dengan total 15 orang yang terlibat. Klaster pertama adalah auktor intelektualis yang terdiri dari Candy alias Ken, Dwi Hartono, Yohanes Joko, serta Antonius.
Klaster kedua adalah tim yang bertugas membuntuti korban, yang beranggotakan Rohmat Sukur, Eka, dan Wiranto. Selanjutnya, terdapat tim penculik yang terdiri dari Erasmus Wawo, Emanuel Woda Berto, Johanes Ronald Sebenan, Andre Tomatala, serta Reviando.
Tim penculik kemudian menyerahkan Ilham Pradipta kepada para pelaku penganiayaan, yaitu Nasir, David, dan Neo. Ketiga orang inilah yang kemudian membuang korban dan melarikan diri.
Fajar Febrianto turut berkontribusi dalam penulisan artikel ini.
Ringkasan
Kepolisian mengungkap bahwa Kepala KCP BRI Cempaka Putih, Muhamad Ilham Pradipta, diduga tewas akibat kekerasan benda tumpul di leher yang menyebabkan gangguan pada pembuluh nadi besar dan mati lemas. Meskipun demikian, penyebab pasti kematian masih menunggu hasil pemeriksaan toksikologi.
Ilham Pradipta menjadi korban komplotan pencuri rekening dormant dan diculik sebelum ditemukan tewas. Korban sempat dianiaya dan dipukuli oleh para pelaku karena melawan, kemudian diikat dan dibuang. Polisi mengidentifikasi 15 orang terlibat dalam empat klaster pelaku, termasuk otak pelaku, tim pembuntuti, tim penculik, dan tim penganiayaan.
