News Stream Pro Pengacara sekaligus praktisi hukum olahraga asal Malaysia, Richard Wee, membuka kemungkinan jalur hukum dalam polemik pemain naturalisasi di Malaysia. Ia mempersilakan Federasi Sepak Bola Malaysia (FAM) dan para pemain keturunan palsu yang dinaturalisasi untuk saling menggugat.
Menurut Richard Wee, tindakan hukum dapat ditempuh oleh kedua belah pihak, yaitu FAM dan tujuh pemain keturunan yang dinaturalisasi tersebut. Meski demikian, ia berpendapat bahwa gugatan dalam kasus ini akan sulit dimenangkan oleh salah satu pihak.
Richard Wee, yang juga seorang arbiter untuk Persatuan Balap Sepeda Internasional (UCI), menjelaskan bahwa para pemain naturalisasi yang disanksi FIFA berpotensi menuntut FAM. Tuntutan tersebut didasarkan pada dugaan kelalaian FAM dalam mengelola dokumen yang diajukan ke FIFA.
Namun, Wee mengingatkan bahwa kasus ini sangat rumit dan pembuktiannya tidak mudah. Bahkan, gugatan tersebut bisa berbalik menjadi bumerang bagi para pemain. FAM, menurutnya, memiliki hak untuk melakukan hal yang sama, yaitu melaporkan ketujuh pemain atas dugaan pengakuan palsu terkait garis keturunan Malaysia.
Kemungkinan pelaporan ini tidak hanya terbatas pada kedua belah pihak, tetapi juga melibatkan pihak ketiga, yaitu agen pemain. “Mungkin saja mereka menuduh FAM lalai dalam mengelola pengajuan (naturalisasi) mereka,” kata Richard Wee, seperti dikutip dari The Star Malaysia.
“Namun kasusnya akan sangat rumit dan sulit dibuktikan. FAM bisa berbalik melapor dan berkata: Anda mengaku keturunan Malaysia,” lanjutnya. “Anda bilang kakek-nenek Anda orang Malaysia, tapi ternyata Anda bukan orang Malaysia, Anda menyesatkan kami.”
Agen pemain, sebagai perantara dalam proses naturalisasi, juga berpotensi dilaporkan secara hukum, tidak hanya oleh FAM, tetapi juga oleh ketujuh pemain yang merasa dirugikan. Richard Wee menilai bahwa aksi saling lapor ini tidak akan menguntungkan siapa pun dan justru memperburuk situasi.
“Kedua belah pihak juga dapat mengambil tindakan hukum terhadap agen yang terlibat, semua pihak mengalihkan kesalahan kepada perantara,” ujarnya. “Perang hukum antara FAM, pemain dan agen hanya akan membuat semuanya terlihat putus asa dan tidak akan menguntungkan siapa pun.”
Lebih lanjut, Richard Wee menyoroti aspek pertanggungjawaban pidana yang sering kali terabaikan dalam kasus ini. Ia berpendapat bahwa kepolisian setempat berwenang untuk memeriksa ketujuh pemain naturalisasi terkait dugaan pemalsuan dokumen, mengingat mereka telah mengantongi paspor Malaysia.
“Polisi bisa menyelidiki mereka berdasarkan KUHP atas pelanggaran terkait pemalsuan,” tegas Richard Wee. “FAM juga bisa terlibat, tergantung temuannya.”
Kasus ini mencuat seiring dengan sorotan terhadap kualitas sepak bola Malaysia. Bahkan, Shin Tae-yong, pelatih Timnas Indonesia, sempat memberikan kesan bahwa sepak bola Malaysia tertinggal dibandingkan Indonesia.
Selain itu, FIFA juga membongkar sejumlah permasalahan internal di tubuh Federasi Malaysia, mulai dari skandal naturalisasi hingga penanganan yang dinilai kurang profesional.
Menarik untuk disimak bagaimana kelanjutan drama naturalisasi ilegal yang tengah melanda sepak bola Malaysia ini.
Ringkasan
Pengacara Richard Wee membuka peluang jalur hukum dalam kisruh pemain naturalisasi di Malaysia, mempersilakan FAM dan pemain keturunan palsu untuk saling menggugat. Wee menyatakan bahwa pemain yang disanksi FIFA berpotensi menuntut FAM atas dugaan kelalaian dokumen, namun gugatan ini akan rumit dan bisa menjadi bumerang. FAM juga berhak melaporkan pemain atas dugaan pengakuan palsu terkait garis keturunan Malaysia.
Wee menambahkan bahwa agen pemain sebagai perantara juga berpotensi dilaporkan, dan polisi berwenang menyelidiki pemain terkait dugaan pemalsuan dokumen karena telah memiliki paspor Malaysia. Ia menekankan bahwa aksi saling lapor ini tidak akan menguntungkan siapapun. Kasus ini mencuat seiring sorotan terhadap kualitas sepak bola Malaysia dan permasalahan internal FAM yang dibongkar FIFA.









