News Stream Pro – Beberapa minggu terakhir, Indonesia, khususnya Pulau Jawa, merasakan sengatan panas yang luar biasa. Gelombang panas ini menjadi perbincangan hangat di media sosial, memicu kekhawatiran dan rasa penasaran di kalangan warganet.
Pantauan satelit bahkan menunjukkan visualisasi Pulau Jawa dengan warna merah menyala, seolah mengonfirmasi betapa panasnya suhu di wilayah tersebut. “Gambaran suhu siang ini… Jawa panas,” tulis akun X @zakibe* pada Minggu (12/10/2025), disertai dengan gambar yang menunjukkan betapa ekstremnya kondisi tersebut. Unggahan serupa juga bermunculan dari berbagai daerah. Di Bekasi, suhu dilaporkan mencapai 35 derajat Celsius, sementara Sidoarjo mencatat angka yang lebih tinggi, yaitu 36 derajat Celsius.
“Yuk bisa yuk, dikit lagi ke 36°C di Bekasi,” cuit akun @Suli, menggambarkan betapa dekatnya suhu di wilayahnya dengan rekor tertinggi. Bahkan, ada yang berkelakar mengenai kondisi ini, seperti akun @eatb*** yang menulis, “Barusan banget jam 3 siang ini masuk notif Google. Kab. Bekasi 36°, feels like-nya 41°. Ini pemerintah yang dosa, rakyatnya kena trial neraka.”
Lantas, apa sebenarnya yang menyebabkan cuaca panas ekstrem yang melanda Jawa ini? Untuk menjawab pertanyaan ini, kita perlu menilik penjelasan dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG).
Sebelum membahas lebih lanjut penyebabnya, penting untuk memahami bahwa fenomena panas ini juga dirasakan pada pagi, siang, bahkan malam hari. BMKG telah memberikan penjelasan terkait hal ini, dan penjelasan tersebut akan diuraikan lebih lanjut dalam artikel ini.
Puncak Suhu Tahunan di Bulan Oktober
Menurut Ketua Pokja Prediksi Bulanan dan Musiman BMKG Pusat, Supari, Pulau Jawa memang sedang mengalami puncak suhu udara tahunan yang biasanya terjadi pada bulan Oktober. Posisi semu Matahari saat ini berada tepat di atas wilayah Jawa, menyebabkan radiasi Matahari yang diterima permukaan Bumi mencapai intensitas maksimum.
“Kondisi ini menyebabkan peningkatan suhu udara karena radiasi Matahari yang diterima permukaan mencapai titik tertinggi,” jelas Supari kepada Kompas.com, Rabu (15/10/2025). Selain itu, berkurangnya pertumbuhan awan dalam beberapa hari terakhir juga memperparah situasi. Minimnya awan membuat penyinaran Matahari berlangsung lebih lama dan lebih kuat dari biasanya.
Data dari BMKG menunjukkan bahwa suhu maksimum harian di beberapa stasiun pengamatan di Pulau Jawa berada pada peringkat tinggi dibandingkan data historis bulan Oktober tahun-tahun sebelumnya. “Ini menunjukkan bahwa suhu maksimum yang terjadi saat ini berada di atas kondisi normal klimatologisnya,” imbuh Supari. Keadaan ini semakin menegaskan bahwa cuaca panas yang dirasakan saat ini memang di atas rata-rata.
Banyak warganet yang terkejut dengan visualisasi citra satelit Pulau Jawa yang tampak merah menyala. BMKG pun memberikan penjelasan terkait fenomena visual ini, yang berkaitan erat dengan suhu permukaan yang meningkat.
Suhu di Sejumlah Daerah Capai 36 Derajat Celsius
Ketua Tim Kerja Pelayanan Data dan Diseminasi Informasi BMKG Stasiun Meteorologi Tunggul Wulung Cilacap, Teguh Wardoyo, menambahkan bahwa suhu maksimum di beberapa wilayah Pulau Jawa menunjukkan peningkatan signifikan, meskipun masih dalam kategori normal.
“Di Semarang, suhu maksimum mencapai 35 derajat Celsius pada 14 Oktober 2025. Di Cilacap tercatat 32 derajat Celsius pada pukul 10.00 WIB, sementara di Kroya bahkan mencapai 34 derajat Celsius,” ujarnya, seperti dikutip dari Antara, Kamis.
Senada dengan Supari, Teguh menjelaskan bahwa fenomena cuaca panas ini disebabkan oleh pergeseran posisi semu Matahari ke atas Pulau Jawa. Berkurangnya tutupan awan juga menjadi faktor penting, karena sinar Matahari langsung memanaskan permukaan Bumi tanpa banyak hambatan.
“Kondisi ini membuat udara terasa panas, terutama antara pukul 10.00 hingga 15.00 WIB. Masyarakat perlu tetap waspada terhadap paparan sinar Matahari,” kata Teguh. Data klimatologi periode 1991–2020 menunjukkan bahwa suhu udara maksimum di Cilacap pada bulan Oktober pernah mencapai 34 derajat Celsius pada tahun 2016, sementara suhu tertinggi tercatat 35,3 derajat Celsius pada bulan Maret 2012.
Fenomena cuaca ekstrem memang menarik perhatian. Bahkan, tak jarang kita melihat hujan turun di tengah terik matahari. BMKG juga telah memberikan penjelasan ilmiah mengenai fenomena unik ini.
Suhu Diperkirakan Turun Awal November 2025
Namun, ada sedikit kabar baik. BMKG memperkirakan bahwa cuaca panas ini akan berlangsung hingga akhir Oktober 2025, dan mulai menurun pada awal November, seiring dengan meningkatnya curah hujan di sebagian besar wilayah Jawa.
Untuk itu, BMKG mengimbau masyarakat untuk menjaga kesehatan tubuh dengan mencukupi kebutuhan cairan dan menghindari paparan langsung sinar Matahari terlalu lama. Masyarakat juga diminta untuk waspada terhadap perubahan cuaca yang terjadi secara tiba-tiba, seperti hujan disertai petir dan angin kencang pada sore atau malam hari. Dengan kewaspadaan dan persiapan yang baik, kita dapat menghadapi cuaca ekstrem ini dengan lebih aman dan nyaman.
Ringkasan
Pulau Jawa mengalami gelombang panas ekstrem yang mencapai puncaknya pada bulan Oktober, ditandai dengan suhu tinggi hingga 36 derajat Celsius di beberapa daerah. BMKG menjelaskan bahwa kondisi ini disebabkan oleh posisi semu Matahari yang berada di atas Jawa, menyebabkan radiasi maksimum dan diperparah oleh minimnya awan yang menghalangi sinar Matahari.
BMKG memperkirakan suhu panas akan berlanjut hingga akhir Oktober dan mulai menurun pada awal November 2025 seiring dengan meningkatnya curah hujan. Masyarakat diimbau untuk menjaga kesehatan dengan minum cukup cairan, menghindari paparan sinar Matahari langsung, dan waspada terhadap perubahan cuaca mendadak seperti hujan disertai petir dan angin kencang.









