JAKARTA — Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatat sebuah fenomena menarik: sektor konsumer, baik siklikal maupun nonsiklikal, serta sektor properti, kini absen dari daftar calon emiten baru yang tengah memproses Initial Public Offering (IPO). Berdasarkan data BEI per 19 Desember 2025, dari sembilan perusahaan yang berada dalam pipeline IPO, tak satu pun mewakili kedua sektor tersebut.
Kondisi ini berbanding terbalik dengan sektor finansial, yang justru menunjukkan dominasi kuat di pasar modal. Sektor keuangan mendominasi dengan porsi mencapai 33,3% atau sebanyak tiga perusahaan dari total calon emiten yang mengantre. Hal ini mengindikasikan adanya pergeseran minat investor dan korporasi pada sektor-sektor tertentu dalam lanskap bursa saat ini.
Meskipun demikian, sektor konsumer tidak sepenuhnya sepi dari lantai bursa. PT Abadi Lestari Indonesia Tbk. (RLCO) merupakan salah satu emiten dari sektor ini yang baru saja melantai di BEI pada 8 Desember 2025. RLCO berhasil menghimpun dana segar sebesar Rp105 miliar setelah menetapkan harga pelaksanaan Rp168 per saham dengan melepas sebanyak 625 juta saham kepada publik. Ini menunjukkan bahwa meskipun tidak ada dalam pipeline saat ini, potensi dan minat terhadap saham konsumer tetap ada.
Selain sektor finansial yang mengemuka, bursa juga masih mengantongi nama-nama dari sektor lain yang siap melantai. Sektor bahan baku diwakili oleh dua perusahaan, sementara sektor energi, industri, teknologi, dan transportasi masing-masing diwakili oleh satu perusahaan. Ini mencerminkan keragaman sektor yang terus mencari pendanaan melalui IPO.
Secara keseluruhan, tahun 2025 menjadi periode yang produktif bagi BEI. Sepanjang tahun ini, otoritas bursa melaporkan terdapat 26 perusahaan yang resmi melantai di BEI. Adapun, total dana yang berhasil dihimpun mencapai Rp18,11 triliun. Menariknya, dari sisi skala usaha, calon emiten yang berada dalam pipeline IPO saat ini didominasi oleh korporasi dengan aset berskala besar. Total, ada enam perusahaan dengan aset di atas Rp250 miliar yang bersiap melakukan penawaran umum, menunjukkan tren pasar yang menarik perusahaan-perusahaan jumbo.
Direktur Penilaian Perusahaan BEI, I Gede Nyoman Yetna, menyampaikan optimisme bursa untuk tahun 2026. BEI menargetkan pencatatan 555 efek baru, mulai dari aksi penawaran umum saham hingga penerbitan instrumen obligasi. “Kami optimistis dengan pertumbuhan ekonomi. Ditambah untuk perkembangan pasar modal, dari sisi investor meningkat hampir 30%,” kata Nyoman, menggarisbawahi fundamental ekonomi yang kuat dan minat investor yang terus bertumbuh.
Momentum positif ini juga didukung oleh kinerja pasar saham yang solid. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) masih bertahan di zona hijau dengan kenaikan signifikan 21,61% sejak awal tahun (year to date/YtD), mencapai level 8.609,55 hingga perdagangan Jumat (19/12/2025). “Berarti antara supply side dan demand side itu harmonis bergerak. Dan itu yang kami harapkan nanti memperkuat kepercayaan di pasar modal,” pungkas Nyoman, menegaskan bahwa keseimbangan antara penawaran dan permintaan menjadi kunci penguatan kepercayaan investor.








