Menteri Pekerjaan Umum (PU), Dody Hanggodo, menegaskan bahwa pemerintah tengah mempercepat pembukaan akses darat menuju wilayah-wilayah di Aceh, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat yang terdampak banjir bandang dan longsor. Langkah ini krusial untuk memperlancar penyaluran bantuan dan evakuasi korban. Untuk mendukung upaya tersebut, alat-alat berat didatangkan dari provinsi-provinsi yang tidak terdampak bencana, seperti Riau, Jambi, dan Bengkulu.
“Fokus utama kami saat ini adalah memulihkan konektivitas ke daerah-daerah yang masih terisolir. Ini adalah prioritas utama,” ungkap Dody saat ditemui di Kompleks DPR, Jakarta, pada Selasa, 2 Desember 2025.
Kondisi lapangan menunjukkan bahwa sebagian besar wilayah terdampak masih sulit dijangkau melalui jalur darat. Beberapa lokasi bahkan hanya bisa diakses melalui jalur udara, dengan memanfaatkan fasilitas yang disediakan oleh TNI Angkatan Udara. Khusus untuk wilayah Tapanuli Tengah, pendistribusian logistik juga dilakukan melalui jalur laut melalui Pelabuhan Barus.
Tim gabungan terus berupaya membersihkan material longsor dan lumpur yang menutupi jalur-jalur utama. Meskipun Dody belum memberikan rincian spesifik mengenai lokasi mana saja yang masih terisolasi, ia memastikan bahwa proses pembukaan akses terus berjalan setiap hari. Upaya ini diharapkan dapat segera memulihkan aksesibilitas dan mempercepat penanganan pascabencana.
Sementara itu, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat jumlah korban meninggal dunia akibat banjir dan longsor di tiga provinsi tersebut telah mencapai 604 orang hingga Senin malam, 1 Desember 2025. Rinciannya adalah 151 korban jiwa di Aceh, 165 di Sumatera Barat, dan 283 di Sumatera Utara.
Selain itu, BNPB juga melaporkan bahwa 464 orang masih dinyatakan hilang, 2.600 orang mengalami luka-luka, dan sekitar 1,5 juta penduduk terdampak bencana ini. Lebih dari 570.700 warga terpaksa mengungsi ke tempat yang lebih aman. Angka ini menunjukkan betapa dahsyatnya dampak banjir dan longsor kali ini.
Kerusakan infrastruktur juga menjadi perhatian utama. BNPB melaporkan kerusakan yang meliputi 50 kabupaten, dengan 3.500 rumah mengalami rusak berat, 4.100 rusak sedang, dan 20.500 rusak ringan. Tidak hanya itu, 282 fasilitas pendidikan dan 271 jembatan juga mengalami kerusakan akibat bencana ini. Situasi semakin memprihatinkan karena jumlah korban terus meningkat, hampir 50 persen dibandingkan data yang tercatat sehari sebelumnya.
Kondisi kewalahan pemerintah daerah dalam mengatasi banjir Sumatera menjadi sorotan. Tantangan besar dihadapi dalam koordinasi, logistik, dan penanganan pengungsi, menunjukkan perlunya strategi yang lebih komprehensif dan terintegrasi untuk menghadapi bencana serupa di masa depan.
Eka Yuda Saputra berkontribusi dalam penulisan artikel ini.
Ringkasan
Pemerintah melalui Kementerian Pekerjaan Umum (PU) memprioritaskan pembukaan akses darat ke wilayah Aceh, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat yang terdampak banjir bandang dan longsor. Upaya ini dilakukan untuk mempercepat penyaluran bantuan dan evakuasi korban, dengan mendatangkan alat berat dari provinsi lain. Kondisi lapangan menunjukkan akses darat masih sulit, bahkan beberapa lokasi hanya bisa diakses melalui udara atau laut.
BNPB mencatat jumlah korban meninggal dunia mencapai 604 orang dan ratusan lainnya hilang. Bencana ini juga menyebabkan ribuan orang luka-luka, jutaan penduduk terdampak, dan ratusan ribu warga mengungsi. Kerusakan infrastruktur meliputi ribuan rumah, ratusan fasilitas pendidikan dan jembatan. Pemerintah daerah kewalahan mengatasi dampak banjir, menyoroti perlunya strategi penanggulangan bencana yang lebih baik.








