Anak Berhadapan dengan Hukum (ABH) yang menjadi pelaku ledakan bom di SMAN 72 Jakarta telah menyelesaikan perawatan intensif di RS Polri Kramat Jati dan kondisinya menunjukkan perkembangan positif. Saat ini, pihak berwajib menempatkan ABH tersebut di rumah aman demi keselamatannya dan kelancaran proses pemulihan.
Kombes Budi Hermanto, Kabid Humas Polda Metro Jaya, mengonfirmasi penempatan ABH di rumah aman. Langkah ini merupakan hasil koordinasi yang melibatkan berbagai pihak terkait, termasuk Dinas Sosial (Dinsos), Balai Pemasyarakatan (Bapas), Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI), Asosiasi Psikologi Forensik Indonesia (Apsifor), dan Unit Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (UPT P3A) bersama penyidik.
Meskipun kondisi fisik ABH semakin membaik, proses hukum masih menunggu. Penyidik belum dapat melakukan pemeriksaan karena fokus utama saat ini adalah pemulihan psikologis pelaku.
“Betul, (saat ini) pemulihan psikologis,” jelas Kombes Budi Hermanto. Pihak kepolisian akan menunggu hingga dokter psikologis yang menangani ABH menyatakan bahwa ia sudah siap untuk menjalani pemeriksaan. Setelah itu, barulah penyidik akan menjadwalkan pemeriksaan lebih lanjut.
Sebagai informasi, ledakan bom di SMAN 72 Jakarta terjadi pada Jumat, 7 November lalu. Meskipun tidak ada korban jiwa, peristiwa tersebut menyebabkan 96 orang mengalami luka-luka dengan tingkat keparahan yang berbeda-beda.
Dalam kejadian tersebut, ABH membawa tujuh bom ke sekolah dengan tujuan untuk meledakkannya. Namun, hanya empat bom yang berhasil diledakkan, sementara tiga bom lainnya berhasil diamankan oleh pihak kepolisian. Empat bom yang meledak tersebut berlokasi di masjid dan taman baca, yang terletak dekat dengan bank sampah sekolah. Pelaku menggunakan remote control sebagai pemicu bom yang diledakkan di masjid, sementara bom yang diledakkan di taman baca dan bank sampah menggunakan sumbu.
Ringkasan
Pelaku ledakan di SMAN 72 Jakarta, seorang Anak Berhadapan dengan Hukum (ABH), telah menyelesaikan perawatan intensif dan ditempatkan di rumah aman untuk pemulihan. Penempatan ini merupakan hasil koordinasi berbagai pihak termasuk Dinsos, Bapas, KPAI, Apsifor, UPT P3A, dan penyidik demi keselamatan dan kelancaran pemulihan psikologis ABH tersebut.
Kondisi fisik ABH membaik, namun proses hukum masih menunggu pemulihan psikologis. Penyidik belum dapat melakukan pemeriksaan hingga dokter psikologis menyatakan pelaku siap. Ledakan di SMAN 72 terjadi pada 7 November, melukai 96 orang, dan pelaku membawa tujuh bom, empat di antaranya meledak di masjid dan taman baca.
