KORBAN tewas akibat kebakaran Hong Kong yang melanda kompleks perumahan delapan gedung di distrik Tai Po pada Rabu lalu, terus bertambah. Hingga Kamis, 27 November 2025, 55 orang dilaporkan meninggal dunia, sementara 279 lainnya masih dinyatakan hilang, demikian laporan dari Anadolu.
Tragedi ini menjadi kebakaran terburuk yang melanda Hong Kong dalam enam dekade terakhir. Api mulai berkobar sekitar tengah hari pada hari Rabu di kompleks yang terdiri dari lebih dari 1.900 unit apartemen. Penyebaran api berlangsung sangat cepat, diduga kuat dipicu oleh perancah bambu yang terpasang di bagian luar bangunan untuk keperluan renovasi.
Petugas pemadam kebakaran mengonfirmasi bahwa dari 55 korban jiwa, salah satunya adalah seorang petugas pemadam kebakaran yang gugur dalam tugas. Selain itu, 68 orang lainnya dilarikan ke rumah sakit akibat luka-luka yang mereka derita. Dari jumlah tersebut, 16 orang berada dalam kondisi kritis dan 25 lainnya mengalami luka serius.
Dari tujuh bangunan yang dilalap si jago merah di kompleks yang diperkirakan dihuni oleh sekitar 4.000 jiwa, tim pemadam kebakaran berhasil mengendalikan api di tiga bangunan. Namun, kobaran api masih terus berkecamuk di empat bangunan lainnya. Upaya pencarian dan pemadaman terus dilakukan untuk menemukan 279 orang yang masih hilang.
Pihak kepolisian telah menahan tiga orang terkait dengan insiden ini. Mereka terdiri dari dua orang manajer dan seorang insinyur konsultan dari perusahaan konstruksi yang bertanggung jawab atas proyek renovasi. Ketiganya ditahan atas dugaan “pembunuhan tidak disengaja”.
Penyelidikan awal menunjukkan bahwa penggunaan perancah bambu dan material plastik busa yang menutupi jendela turut mempercepat penyebaran api. “Kami punya alasan untuk meyakini bahwa individu-individu yang bertanggung jawab di perusahaan tersebut sangat lalai, yang menyebabkan api menyebar dengan cepat dan menelan banyak korban jiwa,” tegas Inspektur Senior Eileen Chung Lai-yee. Menteri Keamanan Hong Kong, Chris Tang, menambahkan bahwa kecepatan penyebaran api ini tergolong tidak biasa, terutama karena material insulasi busa yang digunakan.
“Kami menemukan bahwa material yang menutupi dinding bangunan, jaring di sekitar perancah, dan terpal tahan air menyebabkan api menyebar jauh lebih cepat daripada yang seharusnya jika material yang digunakan memenuhi standar keselamatan,” jelas Chris Tang.
Kebakaran Level 5
Sebagai respons terhadap масштабnya kebakaran, Hong Kong mengeluarkan alarm kebakaran level 5, yang merupakan level tertinggi dalam skala lima tingkatan. Ini adalah pertama kalinya dalam 17 tahun Hong Kong mengeluarkan peringatan setinggi ini. Dua kompleks di sekitarnya juga dievakuasi, dan sekitar 900 warga yang terdampak kebakaran kini mengungsi di delapan fasilitas sementara. Lebih dari 140 kendaraan pemadam kebakaran dan lebih dari 800 personel darurat dan pemadam kebakaran dikerahkan ke lokasi kejadian. Departemen Perhubungan mengumumkan penutupan jalan-jalan di sekitar area kebakaran.
Presiden Cina, Xi Jinping, menyampaikan belasungkawa yang mendalam kepada pemerintah Hong Kong atas jatuhnya banyak korban jiwa. Ia juga menginstruksikan Kantor Urusan Hong Kong dan Makau di Beijing untuk memberikan dukungan penuh kepada pemerintah setempat dalam upaya tanggap darurat. Kepala Eksekutif Hong Kong, John Lee Ka-chiu, turut menyampaikan duka cita yang mendalam atas tingginya angka kematian dan luka-luka. Ia menyampaikan belasungkawa kepada keluarga korban dan mendoakan pemulihan yang cepat bagi para korban luka. Lee juga mengadakan rapat Kabinet darurat untuk mengoordinasikan tanggap bencana.
Menyusul tragedi ini, Lee berjanji untuk segera memeriksa semua perumahan yang sedang menjalani perbaikan besar, terutama terkait dengan penggunaan perancah dan jaring di kompleks apartemen Wang Fuk. Konglomerat gim Tencent dan perusahaan induk TikTok, ByteDance, turut berpartisipasi dalam upaya bantuan dengan menyumbangkan jutaan dolar untuk membantu para korban kebakaran.
Sebagai bentuk penghormatan terhadap para korban dan fokus pada upaya pemadaman dan pemulihan, seluruh kegiatan kampanye untuk pemilihan legislatif Hong Kong yang dijadwalkan pada 7 Desember dihentikan sementara, seperti yang dilaporkan oleh Hong Kong Free Press.
Lansia Kemungkinan Kesulitan Mengungsi
Faktor lain yang disoroti dalam tragedi ini adalah kesulitan evakuasi yang dialami oleh para lansia. Jiang Liming, seorang profesor di Universitas Politeknik Hong Kong yang merupakan pakar teknik keselamatan kebakaran, berpendapat bahwa rute evakuasi di kompleks apartemen Wang Fuk tampaknya kurang memadai “karena persentase lansia” yang tinggi. Data sensus tahun 2021 menunjukkan bahwa hampir 40 persen dari 4.600 orang yang tinggal di gedung-gedung tinggi tersebut berusia 65 tahun ke atas.
“Itulah mengapa kami melihat peningkatan jumlah kematian,” kata Jiang. “Sebelumnya, kami pernah melihat kebakaran serupa pada fasad gedung, tetapi kami belum melihat korban jiwa karena orang-orang dapat berhasil dievakuasi dari gedung – tetapi tidak dari gedung ini.”
Jiang menambahkan, dengan dinas pemadam kebakaran, departemen bangunan, dan kontraktor yang bertanggung jawab atas berbagai aspek keselamatan kebakaran, kebakaran mematikan ini merupakan “kegagalan karena berbagai alasan”. Penggunaan perancah bambu yang mudah terbakar mempercepat penyebaran api ke seluruh fasad bangunan. Meskipun perancah semacam itu dapat digunakan dengan aman dalam beberapa kasus dengan “manajemen yang tepat”, penyebab utama kebakaran ini “masih belum jelas”.
Seiring dengan upaya penanganan kebakaran di Hong Kong, dua WNI dilaporkan tewas dalam kejadian tersebut, sebagaimana disampaikan oleh Kementerian Luar Negeri.
Ringkasan
Kebakaran dahsyat di kompleks perumahan Hong Kong telah menewaskan 55 orang dan menyebabkan 279 lainnya hilang. Tragedi ini, yang merupakan kebakaran terburuk dalam enam dekade terakhir, dipicu oleh perancah bambu yang mudah terbakar dan material insulasi pada bangunan yang sedang direnovasi. Pihak kepolisian telah menahan tiga orang terkait dengan insiden ini atas dugaan pembunuhan tidak disengaja.
Hong Kong mengeluarkan alarm kebakaran level tertinggi dan mengerahkan ratusan petugas pemadam kebakaran. Pemerintah pusat dan daerah memberikan dukungan penuh, dan upaya bantuan dari berbagai pihak termasuk sumbangan dari perusahaan teknologi. Selain itu, dua WNI dilaporkan menjadi korban tewas dalam kebakaran tersebut.








