News Stream Pro – JAKARTA. Platform investasi global Gotrade menunjukkan perhatian serius terhadap Jawa Timur, mengingat pertumbuhan minat masyarakat di wilayah tersebut terhadap investasi saham. Potensi pasar yang besar ini menjadi fokus utama Gotrade dalam upaya meningkatkan literasi keuangan dan mendorong praktik investasi yang lebih bijak.
Dalam acara The Roundtable Surabaya, Gotrade secara khusus menyoroti pentingnya pemahaman finansial yang kuat. Acara ini juga menjadi wadah untuk mengingatkan para investor pemula agar tidak mudah terjebak dalam perilaku fear of missing out (FOMO) yang kerap berujung pada keputusan investasi yang merugikan.
Andika Firnada, Head of Legal Gotrade Indonesia, menjelaskan bahwa kemudahan akses terhadap pasar saham global, terutama pasar Amerika Serikat (AS), menjadi katalisator utama bagi peningkatan jumlah investor dan kemajuan literasi keuangan di Indonesia. “Literasi keuangan masyarakat sebenarnya sudah cukup baik. Sekarang akses semakin terbuka, masyarakat tidak hanya bisa membeli saham perusahaan Indonesia, tetapi juga saham-saham Amerika Serikat,” ujar Andika dalam keterangannya, Rabu (17/12/2025).
Kehadiran platform yang memungkinkan akses ke saham-saham AS, mulai dari emiten di New York Stock Exchange (NYSE) hingga Nasdaq, secara signifikan membuka peluang diversifikasi investasi yang lebih luas bagi investor domestik. Kemudahan ini memungkinkan investor untuk menjelajahi berbagai sektor dan perusahaan global, membantu mengelola risiko portofolio mereka di tengah dinamika pasar yang terus berubah. Seperti diketahui, pasar modal seringkali menunjukkan pergerakan signifikan, di mana kadang kala saham-saham unggulan seperti GoTo Gojek Tokopedia (GOTO) dapat mengalami pelemahan bahkan setelah RUPSLB, atau saat Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menguat diiringi dengan melonjaknya saham-saham seperti TOWR, ADMR, dan MAPI dari kelompok LQ45.
Melihat proyeksi makroekonomi Indonesia pada tahun 2026 yang dinilai cukup positif, Gotrade menempatkan Jawa Timur sebagai wilayah strategis kedua setelah Jakarta. Antusiasme investor di Jawa Timur tampak jelas dari partisipasi sekitar 170 pengguna Gotrade dari berbagai kota dalam acara The Roundtable Surabaya, menunjukkan tingginya minat terhadap peluang investasi saham global.
Dalam kesempatan tersebut, Andika kembali menegaskan bahwa edukasi adalah fondasi utama bagi setiap investor pemula. Pemahaman mendalam mengenai analisis fundamental dan analisis teknikal, menurutnya, harus diawali dengan pengenalan produk investasi seperti saham dan exchange traded fund (ETF). Selain itu, sangat krusial bagi investor untuk melakukan pemetaan profil risiko masing-masing agar dapat memilih instrumen investasi yang sesuai.
“Tidak semua investor cocok dengan saham agresif. Jika profil risikonya konservatif, tentu pilihan investasinya lebih ke saham blue chip atau yang bersifat antisiklis,” jelasnya. Ia juga menyoroti kesalahan umum yang sering dilakukan investor pemula, yaitu terjebak FOMO. Banyak investor, kata Andika, membeli saham yang sedang populer tanpa melakukan analisis fundamental maupun teknikal secara mendalam. Fenomena ini seringkali terjadi ketika pasar bereaksi terhadap berita saham-saham yang baru saja “dibuka kuncinya” oleh BEI, seperti CARE, NATO, RLCO, dan AYAM yang langsung melonjak, atau bahkan ketika suatu saham seperti Bakrie Sumatera Plantations (UNSP) mengalami suspensi karena kenaikan harga yang terlalu tajam.
“Misalnya melihat banyak orang membeli saham Nvidia, lalu ikut membeli tanpa melihat valuasi dan kondisinya. Akhirnya beli di pucuk, jual di bawah,” ujarnya. Fenomena inilah yang menjadi salah satu fokus utama edukasi investasi Gotrade melalui sesi diskusi bersama analis. Berbagai dinamika pasar turut dibahas, termasuk dampak kebijakan politik global, seperti keputusan Presiden Amerika Serikat Donald Trump, yang kerap memicu volatilitas signifikan di pasar keuangan dan bisa memperparah dampak FOMO.
Lebih lanjut, Andika menyampaikan sejumlah pesan penting agar masyarakat lebih bijak dalam berinvestasi. Pertama, menghindari FOMO karena dapat mendorong pengambilan keputusan tanpa perhitungan matang. Kedua, mengenali profil risiko agar alokasi investasi sesuai dengan kemampuan dan karakter keuangan masing-masing. Ketiga, menggunakan dana dingin, yakni dana yang tidak dibutuhkan untuk kebutuhan sehari-hari maupun dana pinjaman. “Jangan sampai all in lalu besoknya pakai pinjaman online. Itu sama saja bunuh diri secara finansial,” tegasnya.
Selain itu, masyarakat juga diimbau lebih waspada terhadap maraknya penipuan berkedok investasi yang mengatasnamakan platform resmi atau figur publik. “Selalu cek kebenarannya. Jika ragu, hubungi platform resmi agar tidak terjebak penipuan,” pungkas Andika, menekankan pentingnya verifikasi dan kehati-hatian dalam setiap langkah investasi.









