KUALA LUMPUR, KOMPAS.com – Penantian selama 14 tahun akhirnya berbuah manis. Timor Leste resmi menjadi anggota ke-11 Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara (ASEAN) pada hari Minggu, 26 Oktober 2025. Keanggotaan penuh ini menandai tonggak sejarah baru bagi negara termuda di Asia Tenggara dengan populasi sekitar 1,4 juta jiwa.
Perdana Menteri (PM) Timor Leste, Xanana Gusmao, dengan bangga menghadiri KTT ASEAN dan upacara penandatanganan di Kuala Lumpur, Malaysia. Momen bersejarah ini diabadikan dengan foto bersama para pemimpin ASEAN lainnya, tangan saling bertaut, melambangkan persatuan dan dukungan.
“Ini bukan sekadar mimpi yang menjadi kenyataan, tetapi juga penegasan atas perjalanan panjang kami, sebuah kisah tentang keteguhan, tekad, dan harapan,” ungkap Gusmao dengan penuh haru setelah negaranya resmi menjadi bagian dari keluarga ASEAN. “Ini bukanlah akhir dari perjalanan kami, melainkan awal dari babak baru yang menginspirasi.”
Malaysia, yang memegang keketuaan ASEAN tahun ini, menyambut hangat keanggotaan Timor Leste sebagai pelengkap “keluarga ASEAN”. PM Malaysia, Anwar Ibrahim, menyatakan bahwa “Melalui komunitas ini, pembangunan dan kemandirian strategis Timor Leste akan mendapat dukungan kuat dan berkelanjutan.” Langkah bersejarah ini menjadi salah satu pencapaian utama di bawah kepemimpinan Malaysia.
Sebelumnya, Timor Leste telah mendapatkan status pengamat pada tahun 2022. Namun, keanggotaan penuh sempat tertunda karena berbagai tantangan, termasuk kapasitas infrastruktur dan sumber daya manusia (SDM). Kini, dengan resminya bergabung, babak baru kerja sama dan pembangunan pun dimulai.
Perjuangan Timor Leste untuk menjadi bagian dari ASEAN memang tidak mudah. Negara ini meraih kemerdekaan dari Indonesia pada tahun 2002 setelah melalui referendum yang diawasi oleh PBB. Upaya untuk bergabung dengan ASEAN pertama kali diajukan pada tahun 2011 oleh Presiden Jose Ramos-Horta, seorang tokoh yang sejak tahun 1970-an telah menyuarakan aspirasi ini. Ramos-Horta, penerima Nobel Perdamaian 1996, menyebut pencapaian keanggotaan ASEAN ini sebagai “mimpi lama yang akhirnya terwujud”. Bahkan, dalam pidatonya di markas ASEAN pada Agustus lalu, ia mengungkapkan, “Jalan menuju ASEAN lebih sulit daripada jalan menuju surga.”
Menjelang KTT ASEAN, PM Malaysia Anwar Ibrahim mengingatkan bahwa para anggota lain pun pernah menghadapi kondisi serupa ketika blok ini pertama kali dibentuk. “Saya sangat optimistis bahwa ASEAN sebagai sebuah komunitas dapat terus berinteraksi dan saling membantu, sebagaimana dulu kami juga menerima bantuan dari banyak negara, termasuk dari Barat dan China,” ujarnya kepada wartawan pada hari Rabu, 22 Oktober 2025.
Sekretaris Jenderal ASEAN, Kao Kim Hourn, menambahkan bahwa keanggotaan Timor Leste akan memperkuat suara negara tersebut di forum-forum internasional, sekaligus melindungi kepentingan strategisnya melalui jaringan dukungan diplomatik dan ekonomi yang sudah mapan.
Parker Novak, seorang pakar Timor Leste dari International Republican Institute, menilai bahwa para pemimpin Timor Leste melihat keanggotaan di ASEAN sebagai cara untuk memperoleh legitimasi politik tambahan di kawasan. Meskipun bergabung dengan ASEAN merupakan kemenangan besar secara politik, para analis lain berpendapat bahwa manfaat ekonominya masih perlu dibuktikan.
Timor Leste memiliki ekonomi senilai sekitar 2 miliar dolar AS yang masih sangat bergantung pada sektor minyak dan gas. Negara ini juga menghadapi tantangan seperti tingkat ketimpangan, pengangguran, dan malnutrisi yang tinggi. Guteriano Neves, seorang peneliti ekonomi asal Dili, berpendapat bahwa keanggotaan ASEAN dapat memberikan tekanan positif bagi pemerintah untuk melakukan reformasi kelembagaan guna menarik investasi asing. “Secara ekonomi, ini tantangan besar. Sulit bagi Timor Leste untuk bersaing di pasar ASEAN,” ujarnya.
Di sisi lain, Marty Natalegawa, mantan Menteri Luar Negeri Indonesia yang pernah mengawal aplikasi Timor Leste ke ASEAN, menilai bahwa langkah ini akan memberikan perlindungan geopolitik di tengah tarik-menarik pengaruh antara Amerika Serikat dan China. “Keanggotaan ini memastikan posisi dan arah pembangunan Timor Leste sejalan dengan ASEAN,” kata Marty.
Dengan upaya diversifikasi ekonomi dari sektor migas yang terus dilakukan, keanggotaan ASEAN diharapkan dapat membuka peluang baru bagi investasi, kerja sama regional, serta penguatan diplomasi bagi negara muda ini di kawasan Asia Tenggara.
Ringkasan
Timor Leste resmi menjadi anggota ke-11 ASEAN pada 26 Oktober 2025, menandai tonggak sejarah penting bagi negara tersebut. Keanggotaan ini disambut baik oleh para pemimpin ASEAN dan dilihat sebagai awal babak baru bagi kerja sama dan pembangunan di kawasan. PM Timor Leste, Xanana Gusmao, mengungkapkan kebanggaannya dan menekankan pentingnya keanggotaan ini bagi masa depan negaranya.
Meskipun keanggotaan ini memberikan legitimasi politik dan peluang kerja sama, Timor Leste juga menghadapi tantangan ekonomi seperti ketergantungan pada sektor migas, ketimpangan, dan pengangguran. Beberapa analis berpendapat keanggotaan ini dapat mendorong reformasi kelembagaan untuk menarik investasi asing dan memberikan perlindungan geopolitik di tengah persaingan kekuatan global. Diversifikasi ekonomi dan penguatan diplomasi menjadi fokus utama bagi Timor Leste di ASEAN.








