Menteri Koperasi dan UKM, Ferry Juliantono, terus memacu realisasi target ambisius: pembangunan 80 ribu Koperasi Desa Merah Putih (Kopdes Merah Putih) di seluruh Indonesia pada Maret 2026. Salah satu strategi utama yang dijalankan adalah inventarisasi lahan di desa dan kelurahan, dengan target mencapai 1.000 titik setiap hari, demi mempercepat pembangunan fisik koperasi.
Hal ini diungkapkan Ferry saat meresmikan Koperasi Merah Putih Metuk di Kecamatan Mojosongo, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah, pada Minggu, 26 Oktober 2025. “Kami di Kementerian Koperasi terus mengejar target harian. Saat ini, kami intensif menginventarisasi tanah-tanah di desa dan kelurahan untuk membangun fisik koperasi, termasuk gudang dan gerai,” tegasnya.
Untuk mencapai target tersebut, Ferry menekankan pentingnya peran aktif kepala daerah, dinas terkait, dan instansi lainnya. Ia optimis bahwa dengan sinergi dan upaya yang terkoordinasi, target 80 ribu lebih Kopdes Merah Putih pada Maret 2026 akan terwujud. “Kami meminta bupati dan dinas daerah bekerja sama, dibantu juga oleh teman-teman dari Kodim untuk mempercepat proses inventarisasi ini,” imbuhnya.
Kolaborasi tidak hanya terbatas pada pemerintah daerah. Ferry menjelaskan bahwa koordinasi lintas kementerian dan lembaga juga berjalan intensif. Kementeriannya telah berkoordinasi dengan Menteri Koordinator Bidang Pangan Zulkifli Hasan untuk mempercepat realisasi pembangunan Kopdes Merah Putih di berbagai daerah.
“Setiap hari kami melakukan inventarisasi, bahkan mencapai sekitar 1.000 titik. Ini indahnya perjuangan, kita terus bergerak, tanah-tanah sudah masuk dan fisik bangunan mulai berdiri. Hingga hari ini, hampir 5.000 koperasi sedang dalam tahap pembangunan,” ujar Ferry dengan nada optimis.
Menjelang Maret 2026, pemerintah menargetkan 80 ribu Kopdes Merah Putih di tingkat desa dan kelurahan telah berdiri lengkap dengan gudang dan sarana operasional. Koperasi-koperasi ini diharapkan menjadi pusat distribusi kebutuhan masyarakat sekaligus wadah penampung hasil produksi warga desa. “Kalau target ini tercapai, kita bisa membayangkan tahun depan akan ada 80 ribu bangunan koperasi berdiri di desa-desa Indonesia. Sekitar 8 ribu di antaranya akan dikelola secara modern sebagai gerai koperasi merah putih,” jelasnya.
Lebih lanjut, Ferry menegaskan bahwa Kopdes Merah Putih juga akan dilengkapi dengan peralatan pendukung produksi, seperti dryer atau alat pengering hasil panen, untuk membantu petani dan pelaku usaha desa meningkatkan nilai tambah produk mereka. “Koperasi desa nanti punya dua fungsi utama, yakni menjadi penyalur kebutuhan masyarakat dan menjadi offtaker hasil pertanian serta produk lokal. Dengan begitu, koperasi benar-benar hadir sebagai tulang punggung ekonomi rakyat,” tuturnya.
Melihat lebih dekat Koperasi Desa Merah Putih Metuk yang baru diresmikan, Ferry menilai koperasi ini telah memiliki fasilitas lengkap dan berharap dapat menjadi contoh bagi koperasi merah putih lainnya, terutama di wilayah Boyolali. “Ini contoh Kopdes Merah Putih yang luar biasa. Bangunan fisiknya dan operasionalisasinya, hampir seluruh unit kegiatannya, simpan pinjamnya, transportasinya, logistiknya, gerai sembakonya, klinik dan lain-lainnya itu ada,” ungkap Ferry.
Koperasi Desa Merah Putih Metuk memang memiliki berbagai unit usaha, mulai dari penyediaan sembako, klinik kesehatan, apotek, fisioterapi, hingga mini market.
Sumono, Manajer Operasional Koperasi Desa Merah Putih Metuk, mengakui bahwa awalnya ada keraguan dalam membentuk koperasi ini. Namun, dengan semangat menyukseskan program nasional Presiden Prabowo, akhirnya Koperasi Desa Merah Putih Metuk berhasil didirikan.
Awalnya, Koperasi Desa Merah Putih Metuk hanya memiliki 27 anggota. Namun, seiring berjalannya waktu dan dengan sosialisasi berbagai program, jumlah anggota meningkat drastis menjadi 700 orang dari total sekitar 3.000 jiwa. “Pengelola, karyawan dari Metuk dan manfaatnya untuk Metuk. Jadi tadinya ragu-ragu sekali untuk menjadi anggota. Awalnya 27 anggota, kini 700 anggota,” kata Sumono.
Karyawan dan pengurus Koperasi Desa Merah Putih Metuk merupakan warga desa setempat, sejalan dengan slogan koperasi: “Dari Kita Oleh Kita Untuk Kita”. Sumono berharap Koperasi Desa Merah Putih Metuk dapat berkolaborasi dan bekerja sama dengan para pelaku UMKM Desa Metuk. “Gerai sembakonya adalah bagaimana kami bisa membikin Kopdes Merah Putih Metuk ini bisa berkolaborasi dengan UMKM,” katanya.
Meskipun menghadapi tantangan seperti yang dialami oleh Koperasi Merah Putih yang terganjal anggaran, pemerintah terus berupaya mencari solusi untuk memastikan program ini berjalan lancar dan memberikan manfaat maksimal bagi masyarakat desa.
Ringkasan
Menteri Koperasi dan UKM, Ferry Juliantono, menargetkan pembangunan 80 ribu Koperasi Desa Merah Putih (Kopdes Merah Putih) di seluruh Indonesia pada Maret 2026. Strategi utama adalah inventarisasi lahan di desa dan kelurahan, dengan target 1.000 titik per hari, untuk mempercepat pembangunan fisik koperasi termasuk gudang dan gerai.
Pemerintah melibatkan kepala daerah, dinas terkait, dan instansi lain dalam upaya ini, serta berkoordinasi lintas kementerian dan lembaga. Kopdes Merah Putih diharapkan menjadi pusat distribusi kebutuhan masyarakat dan penampung hasil produksi warga desa, dilengkapi dengan peralatan pendukung produksi seperti dryer. Hingga saat ini, hampir 5.000 koperasi sedang dalam tahap pembangunan.









