Penyanyi Taylor Swift mengumumkan telah mendapatkan kembali hak cipta atas enam albumnya. Kabar gembira ini ia sampaikan melalui surat terbuka yang panjang di situs web pribadinya pada Jumat, 30 Mei 2025. Setelah membeli kembali rekaman master dari enam album tersebut, bintang pop dunia ini kini memegang kendali penuh atas seluruh katalog musiknya.
“Saya hampir menyerah dan berpikir hal ini tidak mungkin terjadi setelah (hampir) 20 tahun diberi kesempatan, lalu ditarik begitu saja. Namun, semua itu kini menjadi masa lalu,” tulis Swift seperti dikutip dari NBC News. “Semua musik yang pernah saya buat, kini menjadi milik saya.”
Menurut laporan dari Economic Times, Taylor Swift, yang memulai debutnya sejak tahun 2003, membeli katalog rekamannya yang awalnya dirilis melalui Big Machine Records, dari pemilik terakhir mereka, firma ekuitas swasta Shamrock Capital. Beberapa tahun terakhir, Swift telah merekam dan merilis ulang empat dari enam album pertamanya. Langkah ini merupakan bagian dari upayanya untuk memiliki hak penuh atas karya-karyanya.
“Saya tidak bisa cukup berterima kasih kepada Anda karena telah membantu menyatukan saya kembali dengan seni yang telah saya dedikasikan untuk hidup saya, tetapi tidak pernah saya miliki sampai sekarang,” ungkap Swift menyapa para penggemarnya dalam unggahannya.
Upaya perekaman ulang album ini dipicu oleh akuisisi dan penjualan katalog awalnya oleh CEO Hybe Amerika, Scooter Braun. “Taylor’s Version” bukan sekadar rekaman ulang konvensional, melainkan sebuah proyek yang memperdalam pemahaman pendengar tentang karya-karya Swift melalui musik dan visual yang diperbarui. Menanggapi hal ini, Braun menyatakan, “Saya bahagia untuk dia.”
Sejauh ini, sudah ada empat album yang direkam ulang, dimulai dengan Fearless (Taylor’s Version) dan Red (Taylor’s Version) pada tahun 2021. Kemudian, 1989 (Taylor’s Version) dirilis pada Oktober 2023, hanya empat bulan setelah peluncuran Speak Now (Taylor’s Version). Keempat album tersebut meraih kesuksesan komersial yang signifikan dan berhasil menduduki peringkat pertama di tangga lagu Billboard 200.
Kehilangan hak cipta atas album-albumnya pada tahun 2019 menjadi pukulan telak bagi Taylor Swift. Hal ini terjadi setelah label rekaman pertamanya, Big Machine, menjualnya kepada eksekutif rekaman Scooter Braun. Dalam unggahannya di Tumblr pada Juni 2019, Swift menyebut situasi ini sebagai “skenario terburuk” dan menuduh Braun melakukan “perundungan manipulatif yang tak henti-hentinya selama bertahun-tahun.”
Master rekaman tersebut kemudian dijual lagi kepada firma investasi Shamrock Capital. Braun membantah tuduhan perundungan tersebut. Pada tahun 2021, ia menawarkan untuk menjual kembali katalog tersebut kepada Swift, namun timnya menolak. Sejak saat itu, para penggemar setia terus mendorong Taylor Swift untuk merekam ulang dan merilis album Taylor Swift dan Reputation dalam versi “Taylor’s Version” agar ia dapat memiliki kendali penuh atas karyanya.
Di tengah kebahagiaan Taylor Swift mendapatkan kembali hak cipta atas albumnya, penyanyi ini juga dikabarkan menyesal berteman dengan Blake Lively.
Ringkasan
Taylor Swift mengumumkan telah berhasil mendapatkan kembali hak cipta atas enam albumnya setelah membeli rekaman master dari firma ekuitas swasta Shamrock Capital. Langkah ini dilakukan setelah sebelumnya Swift kehilangan hak cipta akibat penjualan label rekaman pertamanya kepada Scooter Braun, yang kemudian menjualnya lagi.
Untuk mendapatkan kembali kendali atas karyanya, Swift telah merekam ulang dan merilis ulang empat dari enam album pertamanya dengan versi “Taylor’s Version,” dimulai dengan Fearless (Taylor’s Version). Album-album rekaman ulang ini telah mencapai kesuksesan komersial yang signifikan, menduduki puncak tangga lagu Billboard 200.








